Berharap dan berdoa banyak pada kehamilan ketigaku [untuk anak keduaku], supaya bisa berjalan lancar ternyata tidak sesuai dengan rencana. Setelah mengalami mual muntah yang hebat, jauh lebih hebat daripada kehamilan pertama dan keduaku, serta melawan rasa pusing yang teramat sangat, akhirnya kandas juga perjuangannya. Ceritanya cukup panjang....
Pada usia kandungan 6 minggu, aku kontrol ke dokter kandungan langganan deket rumah. Semuanya baik-baik saja.
Minggu ke-7 aku mengalami alergi hebat. Bentol-bentol dimana2. Aku pikir karena aku makan ikan, tapi ketika aku makan sayuran pun, alergi itu kadang2 tetep muncul. Akhirnya aku simpulkan itu karena dingin. Karena tiap kali habis mandi atau berada di kantor yang ruangannya ber-AC, aku pasti gatal2.
Aku langsung buka MIMS untuk mencari pregnancy safety index. Obat apa saja yang tidak berbahaya dikonsumsi saat kehamilan. Ternyata Cetirizine cukup aman. Dia masuk kategori B. Akhirnya aku konsumsi hanya jika benar-benar perlu dan itu jarang sekali.
Perasaanku masih tidak enak. Merasa tidak aman, aku akhirnya cek ke dokter. Kata dokter tidak apa-apa dan diberikan obat dari golongan yang sama. Aku tidak menebusnya karena aku bertekad tidak akan menggunakan obat jika aku masih bisa menahan sakitnya.
Aku di USG saat itu. Daaannn aku setengah lemess.... Pak dokter tidak menemukan janinku yang seharusnya ada di dalam kantung kehamilan. Kantung kehamilanku sudah menunjukkan usia yang benar yaitu 7 minggu. Tetapi dokter belum berani menyimpulkan apa-apa. Aku disuruh kembali 2 minggu lagi.
Aku teringat pernah membaca tentang blighted ovum alias kehamilan kosong, dimana kita merasakan gejala yang sama seperti orang hamil dan tes urin menunjukkan hasil positif tetapi janin tidak ada. Penyebabnya dapat berupa infeksi atau juga kelainan kromosom.
Aku langsung browsing tentang blighted ovum tersebut. Ada satu situs yang testimoninya sangat banyak. Mungkin 200an. Dan dari 200an testimoni tersebut, hanya 2 orang yang mendapatkan keajaiban bahwa janinnya tumbuh dengan sehat.
Hemmm ada harapan. Aku sangat-sangat berharap bahwa aku adalah salah satu orang yang menerima mukjijat tersebut.
Aku langsung mengabari keluarga tentang perkiraan dokter. Mereka mendukungku dan mendoakan yang terbaik untukku.
Sebenarnya aku bingung dan pesimis, tapi aku berusaha keras tetap tenang dan optimis. Hanya saja dalam berdoa, aku selalu dan selalu dalam segala masalah sangat susah untuk meminta. Aku tidak bisa meminta agar Tuhan menghidupkan atau memunculkan janinku di USG 2 minggu lagi ketika aku kontrol ke dokter. Aku hanya bisa meminta yg terbaik untuk semuanya. Aku berusaha menjaga kesehatan dan pasrah akan apa yang terjadi. Jika memang Tuhan berkenan menitipkan ciptaan-Nya padaku, aku akan menjaganya dengan baik. Dan jika memang belum waktunya, aku akan menerima dengan lapang dada, walaupun terasa sangat sulit.
Kontrol minggu ke-10, aku harap2 cemas, menantikan apa yang akan terjadi.
Daaann.... kantong kehamilan menunjukkan usia 11minggu sedangkan si janin 7 minggu dan tidak ada tanda2 kehidupan :(.
Aku langsung lemes. Tapi bukan Kadek namanya kalo tidak pura2 tenang di depan umum...
Aku langsung bertanya, apa yang harus saya lakukan? Aku disarankan untuk cek USG dopler.
Aku segera cek USG Dopler di Prodia. Hemmm ada tanda2 kehidupan, tapi lemahhh banget. Ahli radiology yang memeriksaku sangat sabar menunggu adanya pergerakan yang lebih hebat lagi dari si janin. Mungkin karena beliau adalah seorang ibu, jadi tahu rasanya sedihnya kehilangan janin/kandungan. Akhirnya setelah setengah jam kurang, beliau menyerah juga. Tapi beliau kurang setuju jika kandunganku segera dikuret. Opini beliau adalah menunggu 1 minggu lagi atau memastikannya lewat USG transvaginal.
Tanpa buang waktu aku mencari dokter kandungan yang mempunya USG transvaginal. Dan kebetulan temen kantor selalu kontrol di dokter yang memiliki USG transvaginal. Malam itu juga aku periksa ke dokter tersebut.
Dannn kesimpulannya : harus segera dikuret :((
Aku kembali ke dokterku dan mulai menyiapkan hati, mental dan juga persiapan lain untuk menjalani kuret pada hari kamis siang karena aku kontrol rabu malam. Orang tua dari Bali akhirnya datang, supaya ada yang nungguin Dede dan mengerjakan hal-hal insidentil yang tidak terduga sebelumnya. Jadi beliau akan sampai di Surabaya kamis pagi. Pas..karena aku siang berangkat ke rumah sakit...
Eh.. pas kontrol rabu malam... si Dokter tidak mau menunggu sampai kamis siang. Dia minta malam itu juga jam 10 malam. Aku sebenernya kaget juga.... belum persiapan.
Tapi lagi2 Kadek sok tenang. Berpikir cepat di depan dokter supaya bisa meng-iya/tidak-an rujukan dokter malam itu. Persiapan untukku.. gampanglah.. 5menit jadi. Yang susah mungkin menidurkan Dede. Tapi biasanya dia tidur jam 9 malem. Yah.. cukuplah perjalanan ke rumah sakit sehingga bisa sampe rumah sakit jam 10malem.
Kemudian aku bertanya, kira2 prosesinya berapa lama? Dokter bilang kuret 20menit dan sadar dari bius 2 jam-an. Hemm perkiraanku paling lama jam 4 pagi aku udah dirumah. Sebelum dede bangun.. karena dia pasti menangis jika mendapati aku tidak disampingnya.
Aku siap dan menyetujui dikuret malam itu.
Sambil menidurkan dede.. dengan berurai air mata karena sedih akan kehilangan kandungan dan bingung juga... entah kenapa... aku mulai atur strategi. Aku diantar suami naik motor, kemudian ketika aku selesai dikuret, suami kusuruh pulang untuk nemenin Dede dan jemput Bapak/Ibu di terminal dan kemudian jemput aku di RS pake mobil. Hemm.. sepertinya itu menguntungkan semua orang......
Proses kuret berjalan lancar...
Aku siuman jam 1 malam. Rasanya berat dan sedih meraba perut yang kempes. Tapi, rasanya bukan saatnya meratapi nasib di rumah sakit. Aku ingat bahwa aku harus pulang cepat. Kata para bidan dan dokter kalo tidak pusing aku bisa pulang. Jadi aku mencoba tidur miring kiri dan kanan, kemudian duduk, dan setelah agak lama duduk, aku coba berdiri. Hemm tidak terlalu pusing...
Aku keluar sendiri dari ruang kuret menuju ruang perawatan yang tidak jauh letaknya. Ketika aku berjalan ke ruang perawatan, para bidan histeris melihat aku bangun dan berjalan sendiri. Mereka langsung tergopoh2 menyambutku dan menuntunku. Padahal aku bilang aku baik2 saja. Aku disuruh berbaring di ruang perawatan.
Seorang bidan datang menghampiri dan bertanya, "Ibu mau pulang segera atau besok pagi?"
Aku tanya, "Boleh sekarang?, kalo boleh sekarang, saya pulang sekarang."
Bidan, " Boleh asalkan ibu sudah tidak pusing lagi. Saya akan siapkan administrasinya."
Kemudian suami bayar administrasi dan kembali menjemputku. Bidan melarang kami naik motor, karena takutnya aku masih mengantuk karena obat bius dan kebetulan itu adalah jam-jam ngantuk berat.
Hemm.... suami maunya pulang naik motor dan kembali membawa mobil. Ahhh tapi kok kelamaan ya?
Apa naik taksi saja?
Ya.. naik taksi saja. Suami mengiringi naik motor. Toh rumahnya tidak terlalu jauh.
Pas di parkiran motor.. ada ide lain lagi, hahaha... bagaimana kalo naik motor saja....aku pegangan erat aja.
Nahhh.... akhirnya nekat pulang deh naik motor jam 1.30 malem.
Sampe rumah jam 2 kurang dengan selamat... syukurrr banget. Aku langsung cuci kaki dan tangan kemudian ke kamar melihat Dede yang ditungguin mbak pengasuhnya. Katanya sih dia sempet kebangun panggil aku.. cuman ditidurin lagi sama si mbak.
Akhirnya aku tidur dan tertidur dengan cepat sekali. Mungkin karena pengaruh obat bius masih ada, plus mengantuk berat, plus capek, plus plong juga karena proses kuret lancar. Sedihnya sedikit terlupa karena aku bener-bener mengantuk.
Jam 4 pagi, orang tua datang dan kaget mendapati aku sudah dikuret. Tapi syukurlah lancar.
Sekarang, hari ketiga setelah kuret aku sudah mulai baikan.
Sedihh bangettt.....tapi...mungkin ini yang terbaik. Aku tidak tau rencana-Nya.. Tapi...memang...
HE MAKES ALL THINGS BEAUTIFULL ON HIS OWN TIME!!!