Ayoo Sekolah [II]



Sudah sebulan Dede sekolah. Perkembangan cukup baik meskipun aku merasakannya agak lambat pada bagian sosialisasi terutama dengan teman-temannya.

Aku sempet khawatir apakah dia mengalami depresi karena sekolah? Akhirnya aku konsultasi dengan Ibu Bian, donlenku di dbc-network yang sekaligus guru playgroup di jakarta. Menurut beliau, perkembangan masing2 anak berbeda, begitu juga dengan adaptasinya di sekolah. Muridnya malah ada yang 6 bulan baru bisa adaptasi... Duh mudah2an Dede tidak selama itu. Kemudian juga, beliau bertanya responnya dede ketika berangkat dan pulang sekolah. Apakah menangis atau depresi ketika diminta bercerita. Untungnya tidak. Dia berangkat dengan gembira, sampai disekolah bermain puzzle kesukaannya tanpa berkata2, hanya sepatah dua patah kata ketika ditanya gurunya dan diam jika banyak temannya. Pas pulang sekolah, jika aku tanya belajar apa disekolah, dia akan menjawab dengan riang dan menceritakan semua yang diajarkan gurunya. Jadi mungkin memang adaptasi sosialisasinya yang susah, bukan karena dia tidak mau sekolah.

Kebetulan aku sempet mengantarnya ke sekolah minggu lalu. Aku datang agak pagi. Kebetulan juga sekolahnya dekat. Guru-guru sudah pada datang. Kesempatan deh.. aku bertanya dan berkonsultasi banyak dengan gurunya. Ternyata Dede rame dan mau bercerita banyak jika bersama gurunya. Tapi ketika teman2nya pada berdatangan dia akan diam saja dan hanya bersuara jika ditanya gurunya. Kemudian dia tidak mau main yang bikin kotor, misalnya pegang cat air dengan tangan, berenang, dll. Kata gurunya sih masih wajar..mungkin memang anaknya pemalu. Tapi kalo diajak belajar dan bercerita, dede suka. Apalagi bermain puzzle... wah.. dah kecepatan tinggi deh. Lha wong di rumah puzzle-nya lebih complicated dibandingkan dengan yang ada di sekolah, hehehe.

Oya.. waktu aku antar, dia jadi manja. Tidak mau masuk kelas sendiri.. terpaksa deh aku ikut masuk kelas..duh..duh..duh.. Padahal kalo sama mbaknya dia biasa sendiri. Terus waktu aku antar itu kebetulan ada lomba2 sederhana, seperti memindah bendera, memasukkan pencil ke botol dan lomba membawa kelereng di atas sendok. Dede sama sekali tidak mau ikut lomba !!! Tapi ketika diantar mbaknya, Dede dipanggil untuk ikut lomba mengelompokkan benda2 berwarna. Hihi dia langsung mau lho...apa karena dia seneng ya tipe permainan seperti itu. Dan menang.....

Sepulang aku kerja, aku sudah disambut di depa pintu dengan cerita lomba tersebut dan hadiah yang diperolehnya. Hadiahnya adalah 2 ekor ikan hias kecil...Duh.. mau disimpan dimana tuh...Akhirnya aku pake wadah bekas body cream....sampe sekarang masih idup seekor. yang satunya nyemplung wastafel ketika mbaknya mengganti air :(

Hari Jumat kemarin dia sekolah memakai baju merah putih sesuai dengan permintaan sekolah. Untung punya baju merah putih. Kebetulan aja sih, hehe. Dan membawa pistol. Hehe ternyata mereka main pahlawan-pahlawanan. Trus pas mau pulang ternyata dapet hadiah lagi karena menang lomba kemarinnya. Dikasih pilihan robot dan helikopter. Dapat dipastikan dia memilih robot karena dia suka mainan itu. Hadiahnya robot yang bisa jadi hp mainan dan jika dilipat jadi mobil. Duhhh senengnya dia... Hadiah itu tidak boleh dibuka sampe aku dan bapaknya datang. Kebetulan aku dan suamiku pulang bareng, langsung jingkrak2 deh dia nunjukin hadiahnya dan minta dibuka. Mainan itu terus dimainkan sampai malam...sampai suaranya hampir hilang karena mungkin baterenya habis.. hahaha...

Dengan sikapnya yang mulai berani maju lomba, semoga dia semakin hari semakin berani di sekolah, baik belajar maupun sosialisasi dengan guru dan temannya :)

Idealisme lulusan SMA

Suatu hari, seorang saudara jauh tiba2 sms saya dan menanyakan jurusan apa yang seharusnya dia pilih selepas SMA nanti? Mendapat sms yang mendadak tanpa mengenal dulu latar belakang anaknya seperti apa membuat saya bingung juga menjawabnya.
Saya : Minatnya apa? Pengen kerja dimana nantinya? pelajaran yang disukai apa?
Dia : Nilai saya bagus di exact. Saya sangat suka matematika dan kimia, terutama kimia. Rencananya saya akan masuk farmasi atau teknik kimia. Tapi saya lebih tertarik kepada farmasi.
Saya : hemm.... kenapa tertarik farmasi?
Dia : karena saya suka kimia dan di farmasi kan banyak pelajaran kimianya.
Saya yang lulusan farmasi langsung mengernyit : kata siapa?
Dia : kata temen2. Itu kan belajar senyawa obat, pasti ada kimia2nya.
Saya : hemm....[bingung mode on]
Terus terang saya bingung menjawabnya. Apalagi kami tidak bisa mengobrol banyak karena hanya sms-an.
Saya langsung menerawang kepada latar belakang keluarga dan sifat anaknya. Dia berasal dari keluarga menengah dan cenderung cukupan alias tidak berlebih. Saya pikir tentulah lulus kuliah pasti ingin bekerja dan mendapatkan gaji yang sesuai untuk segera membantu keluarga.
Latar belakang anaknya adalah anak yang tekun dan pendiam serta cenderung menutup diri dari pergaulan banyak. Tapi saya tidak ingin menyimpulkan bahwa sifat seperti itu tidak akan cocok di bagian marketing. Saya langsung aja tanya : suka nggak dengan pekerjaan markerting sbb : bla..bla..bla... [memberi gambaran pekerjaan marketing].
Dia : tidak, saya sama sekali tidak suka. saya berharap saya tidak bekerja di bagian tersebut. saya lebih senang bekerja penelitian.
Dan...saya simpulkan anak ini tidak cocok masuk farmasi.
Ini hanya kesimpulan saya saja loh....
Dan tentu saja saya tidak menyampaikan kepadanya bahwa dia tidak cocok masuk farmasi. Saya hanya menyampaikan fakta tentang cowok masuk farmasi.
Kenapa tidak cocok?
A. Dari latar belakang keluarganya
1. Lulus S1 tentunya diharapkan dia segera bekerja untuk membantu orang tua. Tapi jika masuk farmasi, lulus S1 harus melanjutkan lagi ke Apoteker selama 1 tahun. Sebenarnya sih tidak harus ke apoteker, tapi sayang aja jika sampai sarjana farmasi. Cari kerjanya juga mungkin lebih susah jika tidak apoteker.
2. Lapangan kerja farmasi tidak seluas perkiraan orang selama ini. Setiap tahun ada ratusan lulusan apoteker yang mencari kerja di lahan yang kian hari kian sempit dengan adanya peraturan2 yang banyak membuat industri kecil gulung tikar.
3. Gaji apoteker untuk lahan selain marketing tidak sesuai dengan harapan. Terutama karena si anak ini cowok. Memang ada cowok yang berhasil selain di marketing, tapi sangat jarang mungkin. Kebanyakan mereka mendapatkan penghasilan lebih di marketing. Dan saya banyak teman yang akhirnya pindah ke marketing karena lebih menjanjikan. Bukannya kita money oriented dan pengejar harta, tapiii hari gini...semua butuh uang kan?
Sedangkan si anak ini lebih senang dengan penelitian. Tidak menutup kemungkinan dia berhasil di penelitian, tapi kembali lagi....ingatlah keadaan orang tua.
4. Alasan tambahan : Farmasi tidak melulu tentang kimia. Kimia hanya bagian kecil saja. Menurut saya malah banyakan biologinya kali ya... Anatomi tubuh manusia, hewan, tentang tanaman obat, dan hapalan2 lainnya. Kecuali memang mau mengambil senyawa kimia obat..nah itu mungkin banyakan kimianya.
Dilema memang...
Menghadapi realita atau mengejar idealisme.
Saya hanya menyampaikan beberapa fakta saja tentang farmasi, tidak bisa segamblang tulisan diatas. Saya juga sedikit heran dengan sekolah2 yang tidak mengadakan temu lulusan baru dengan alumni SMA yang sudah kuliah, seperti yang pernah diadakan di SMA tempat saya belajar. Jadi mereka yang udah lulusa dan kuliah datang ke SMA, janjian sama temen2 mereka untuk memberikan penjelasan, kuliah itu gimana sih. Kalo jurusan A belajarnya apa aja dan kesulitan/enaknya apa. Jadi ada gambaran jurusan apa yang akan kita ambil. Misalnya jurusan A, pelajaran apa yang harus kuat, terus nanti jiak sudah lulus bisa bekerja di bidang apa saja, dll. Mungkin hal2 seperti ini bagus untuk dikembangkan, supaya lulusan SMA tidak salah langkah dan salah jurusan.
Karena terkadang, lulusan SMA itu terlalu idealis. Misalnya saya pintar bahasa inggris maka saya harus mengambil sastra inggris, saya pintar matematika, jadi saya akan ambil jurusan matematika, dsb. Hehehe gak segitunya kali... Padahal dalam kuliah ilmu yang kita gunakan itu bersifat komprehensif...Atau mungkin perlu ada kuliah singkat tentang memilih jurusan? Hehehe...
Dan..akhirnya saudara saya ini memilih teknik kimia, entah karena setuju dengan pendapat saya atau dia punya pertimbangan lain. Semoga dia sukses dimanapun dia sekolah :)

Kuret :(

Berharap dan berdoa banyak pada kehamilan ketigaku [untuk anak keduaku], supaya bisa berjalan lancar ternyata tidak sesuai dengan rencana. Setelah mengalami mual muntah yang hebat, jauh lebih hebat daripada kehamilan pertama dan keduaku, serta melawan rasa pusing yang teramat sangat, akhirnya kandas juga perjuangannya. Ceritanya cukup panjang....
Pada usia kandungan 6 minggu, aku kontrol ke dokter kandungan langganan deket rumah. Semuanya baik-baik saja.
Minggu ke-7 aku mengalami alergi hebat. Bentol-bentol dimana2. Aku pikir karena aku makan ikan, tapi ketika aku makan sayuran pun, alergi itu kadang2 tetep muncul. Akhirnya aku simpulkan itu karena dingin. Karena tiap kali habis mandi atau berada di kantor yang ruangannya ber-AC, aku pasti gatal2.
Aku langsung buka MIMS untuk mencari pregnancy safety index. Obat apa saja yang tidak berbahaya dikonsumsi saat kehamilan. Ternyata Cetirizine cukup aman. Dia masuk kategori B. Akhirnya aku konsumsi hanya jika benar-benar perlu dan itu jarang sekali.
Perasaanku masih tidak enak. Merasa tidak aman, aku akhirnya cek ke dokter. Kata dokter tidak apa-apa dan diberikan obat dari golongan yang sama. Aku tidak menebusnya karena aku bertekad tidak akan menggunakan obat jika aku masih bisa menahan sakitnya.
Aku di USG saat itu. Daaannn aku setengah lemess.... Pak dokter tidak menemukan janinku yang seharusnya ada di dalam kantung kehamilan. Kantung kehamilanku sudah menunjukkan usia yang benar yaitu 7 minggu. Tetapi dokter belum berani menyimpulkan apa-apa. Aku disuruh kembali 2 minggu lagi.
Aku teringat pernah membaca tentang blighted ovum alias kehamilan kosong, dimana kita merasakan gejala yang sama seperti orang hamil dan tes urin menunjukkan hasil positif tetapi janin tidak ada. Penyebabnya dapat berupa infeksi atau juga kelainan kromosom.
Aku langsung browsing tentang blighted ovum tersebut. Ada satu situs yang testimoninya sangat banyak. Mungkin 200an. Dan dari 200an testimoni tersebut, hanya 2 orang yang mendapatkan keajaiban bahwa janinnya tumbuh dengan sehat.
Hemmm ada harapan. Aku sangat-sangat berharap bahwa aku adalah salah satu orang yang menerima mukjijat tersebut.
Aku langsung mengabari keluarga tentang perkiraan dokter. Mereka mendukungku dan mendoakan yang terbaik untukku.
Sebenarnya aku bingung dan pesimis, tapi aku berusaha keras tetap tenang dan optimis. Hanya saja dalam berdoa, aku selalu dan selalu dalam segala masalah sangat susah untuk meminta. Aku tidak bisa meminta agar Tuhan menghidupkan atau memunculkan janinku di USG 2 minggu lagi ketika aku kontrol ke dokter. Aku hanya bisa meminta yg terbaik untuk semuanya. Aku berusaha menjaga kesehatan dan pasrah akan apa yang terjadi. Jika memang Tuhan berkenan menitipkan ciptaan-Nya padaku, aku akan menjaganya dengan baik. Dan jika memang belum waktunya, aku akan menerima dengan lapang dada, walaupun terasa sangat sulit.
Kontrol minggu ke-10, aku harap2 cemas, menantikan apa yang akan terjadi.
Daaann.... kantong kehamilan menunjukkan usia 11minggu sedangkan si janin 7 minggu dan tidak ada tanda2 kehidupan :(.
Aku langsung lemes. Tapi bukan Kadek namanya kalo tidak pura2 tenang di depan umum...
Aku langsung bertanya, apa yang harus saya lakukan? Aku disarankan untuk cek USG dopler.
Aku segera cek USG Dopler di Prodia. Hemmm ada tanda2 kehidupan, tapi lemahhh banget. Ahli radiology yang memeriksaku sangat sabar menunggu adanya pergerakan yang lebih hebat lagi dari si janin. Mungkin karena beliau adalah seorang ibu, jadi tahu rasanya sedihnya kehilangan janin/kandungan. Akhirnya setelah setengah jam kurang, beliau menyerah juga. Tapi beliau kurang setuju jika kandunganku segera dikuret. Opini beliau adalah menunggu 1 minggu lagi atau memastikannya lewat USG transvaginal.
Tanpa buang waktu aku mencari dokter kandungan yang mempunya USG transvaginal. Dan kebetulan temen kantor selalu kontrol di dokter yang memiliki USG transvaginal. Malam itu juga aku periksa ke dokter tersebut.
Dannn kesimpulannya : harus segera dikuret :((
Aku kembali ke dokterku dan mulai menyiapkan hati, mental dan juga persiapan lain untuk menjalani kuret pada hari kamis siang karena aku kontrol rabu malam. Orang tua dari Bali akhirnya datang, supaya ada yang nungguin Dede dan mengerjakan hal-hal insidentil yang tidak terduga sebelumnya. Jadi beliau akan sampai di Surabaya kamis pagi. Pas..karena aku siang berangkat ke rumah sakit...
Eh.. pas kontrol rabu malam... si Dokter tidak mau menunggu sampai kamis siang. Dia minta malam itu juga jam 10 malam. Aku sebenernya kaget juga.... belum persiapan.
Tapi lagi2 Kadek sok tenang. Berpikir cepat di depan dokter supaya bisa meng-iya/tidak-an rujukan dokter malam itu. Persiapan untukku.. gampanglah.. 5menit jadi. Yang susah mungkin menidurkan Dede. Tapi biasanya dia tidur jam 9 malem. Yah.. cukuplah perjalanan ke rumah sakit sehingga bisa sampe rumah sakit jam 10malem.
Kemudian aku bertanya, kira2 prosesinya berapa lama? Dokter bilang kuret 20menit dan sadar dari bius 2 jam-an. Hemm perkiraanku paling lama jam 4 pagi aku udah dirumah. Sebelum dede bangun.. karena dia pasti menangis jika mendapati aku tidak disampingnya.
Aku siap dan menyetujui dikuret malam itu.
Sambil menidurkan dede.. dengan berurai air mata karena sedih akan kehilangan kandungan dan bingung juga... entah kenapa... aku mulai atur strategi. Aku diantar suami naik motor, kemudian ketika aku selesai dikuret, suami kusuruh pulang untuk nemenin Dede dan jemput Bapak/Ibu di terminal dan kemudian jemput aku di RS pake mobil. Hemm.. sepertinya itu menguntungkan semua orang......
Proses kuret berjalan lancar...
Aku siuman jam 1 malam. Rasanya berat dan sedih meraba perut yang kempes. Tapi, rasanya bukan saatnya meratapi nasib di rumah sakit. Aku ingat bahwa aku harus pulang cepat. Kata para bidan dan dokter kalo tidak pusing aku bisa pulang. Jadi aku mencoba tidur miring kiri dan kanan, kemudian duduk, dan setelah agak lama duduk, aku coba berdiri. Hemm tidak terlalu pusing...
Aku keluar sendiri dari ruang kuret menuju ruang perawatan yang tidak jauh letaknya. Ketika aku berjalan ke ruang perawatan, para bidan histeris melihat aku bangun dan berjalan sendiri. Mereka langsung tergopoh2 menyambutku dan menuntunku. Padahal aku bilang aku baik2 saja. Aku disuruh berbaring di ruang perawatan.
Seorang bidan datang menghampiri dan bertanya, "Ibu mau pulang segera atau besok pagi?"
Aku tanya, "Boleh sekarang?, kalo boleh sekarang, saya pulang sekarang."
Bidan, " Boleh asalkan ibu sudah tidak pusing lagi. Saya akan siapkan administrasinya."
Kemudian suami bayar administrasi dan kembali menjemputku. Bidan melarang kami naik motor, karena takutnya aku masih mengantuk karena obat bius dan kebetulan itu adalah jam-jam ngantuk berat.
Hemm.... suami maunya pulang naik motor dan kembali membawa mobil. Ahhh tapi kok kelamaan ya?
Apa naik taksi saja?
Ya.. naik taksi saja. Suami mengiringi naik motor. Toh rumahnya tidak terlalu jauh.
Pas di parkiran motor.. ada ide lain lagi, hahaha... bagaimana kalo naik motor saja....aku pegangan erat aja.
Nahhh.... akhirnya nekat pulang deh naik motor jam 1.30 malem.
Sampe rumah jam 2 kurang dengan selamat... syukurrr banget. Aku langsung cuci kaki dan tangan kemudian ke kamar melihat Dede yang ditungguin mbak pengasuhnya. Katanya sih dia sempet kebangun panggil aku.. cuman ditidurin lagi sama si mbak.
Akhirnya aku tidur dan tertidur dengan cepat sekali. Mungkin karena pengaruh obat bius masih ada, plus mengantuk berat, plus capek, plus plong juga karena proses kuret lancar. Sedihnya sedikit terlupa karena aku bener-bener mengantuk.
Jam 4 pagi, orang tua datang dan kaget mendapati aku sudah dikuret. Tapi syukurlah lancar.
Sekarang, hari ketiga setelah kuret aku sudah mulai baikan.
Sedihh bangettt.....tapi...mungkin ini yang terbaik. Aku tidak tau rencana-Nya.. Tapi...memang...
HE MAKES ALL THINGS BEAUTIFULL ON HIS OWN TIME!!!