Kebutuhan vs Keinginan

Kebutuhan dan keinginan....hemm tau bedanyakah? Saya tahu walau kadang-kadang melanggarnya untuk sekedar membeli keinginan. Saya anggap itu sebagai sikap hedonis :). Tapi yang membuat saya miris waktu saya pulang kampung. Ada sebuah keluarga dengan kehidupan pas-pasan rela meminjam uang untuk biaya sekolah anaknya sedangkan sehari sebelumnya dia membeli kain untuk kondangan karena malu menggunakan baju yang sering dia pakai. Fyuuuh....
Dibawah ini ada tulisan dari David Ciang tentang Kebutuhan dan Keinginan. Mudah2an bermanfaat.
===
Untuk menjadi kaya, kita harus selalu ingat prinsip dasar "Menghabiskan lebih sedikit dari yang kita dapatkan" atau "Hidup dibawah kemampuan". Dengan melaksanakan prinsip ini, maka setiap bulannya kita mengakumulasikan harta, yang dalam jangka panjangnya akan membawa kita menuju kaya.
Agar dapat melaksanakan dengan benar "Hidup dibawah kemampuan", kita perlu menyadari beberapa hal. Salah satunya, yang akan saya bahas dalam kesempatan ini, adalah bisa membedakan antara "kebutuhan" dan "keinginan".
"Kebutuhan" adalah barang atau jasa yang benar-benar kita perlukan. Jika kita tidak bisa mendapatkan barang tersebut, maka kehidupan kita menjadi terancam atau menjadi susah. Contoh paling nyata adalah makanan. Manusia membutuhkan makanan untuk tetap bertahan hidup. Apabila manusia tidak makan sama sekali, maka dalam waktu 3 hari dia akan mati.
Sementara "keinginan" adalah barang atau jasa yang dibeli hanya semata untuk kesenangan. Biasanya keinginan ini lebih didorong oleh rasa tamak manusia sehingga rela mengeluarkan uang lebih banyak untuk mendapatkan apa yang dia mau.
Setiap kali kita hendak membeli barang, pernahkah kita memikirkan apakah barang tersebut merupakan "kebutuhan" atau "keinginan" bagi kita?
Sayangnya, jawaban perbedaan kebutuan dan keinginan tidak benar-benar hitam putih. Sesuatu yang menjadi keinginan seseorang mungkin saja suatu kebutuhan untuk yang lain. Misalnya komputer. Bila Anda berpenghasilan terutama dalam bidang komputer, maka komputer adalah suatu kebutuhan. Tapi bila Anda hanya menggunakannya untuk bermain game, maka sebetulnya Anda tidak membutuhkannya.
Kita juga masih bisa menentukan apa yang menjadi kebutuhan mayoritas orang. Sepatu (dan pakaian), air, ranjang, makanan, obat lebih merupakan kebutuhan daripada keinginan. Walaupun demikian, berhati-hatilah dalam memilih barang pemuas kebutuhan kita. Barang yang merupakan kebutuhan, bisa berubah menjadi keinginan jika dipenuhi secara berlebihan. Misalnya saja makanan. Kebutuhan kita sebenarnya dapat terpenuhi jika kita makan secukupnya, misalnya saja dengan memesan nasi rames yang harganya berkisar Rp. 10.000,-. Namun, sebagian orang lebih suka makan di kafe-kafe dengan biaya yang lebih mahal, anggap saja Rp. 50.000,-. Selisih Rp. 40.000,- ini merupakan harga yang harus dibayar untuk memuaskan keinginan, antara lain keinginan akan kemewahan, suasana yang menyenangkan, service, dan lain-lain.
Mulailah menyisihkan sedikit waktu Anda untuk bertanya pada diri sendiri. Anda mungkin akan menemukan bahwa ada cukup banyak barang yang Anda anggap perlu tidak lain hanya keinginan. Sekali Anda dapat membedakan keduanya dengan obyektif dan dapat membatasi diri agar tidak membeli barang-barang yang hanya sekedar keinginan, maka Anda sudah dalam jalan sukses mempraktekan 'hidup sesuai kemampuan'.
Tips
Pada saat kita jalan di pusat perbelanjaan, barangkali kita melihat suatu barang yang sangat menarik dan ingin sekali membelinya. Pada saat itu, biasanya emosi memenuhi pikiran kita sehingga kita menjadi sulit sekali untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Saran saya, jangan langsung membeli. Tinggalkan terlebih dahulu barang tersebut selama 3 hari. Emosi kita akan menurun, sehingga dapat berpikir dengan lebih jernih apakah barang tersebut adalah benar-benar merupakan kebutuhan atau hanya sekedar keinginan kita.