Apa yang Diperoleh Setelah Resign?

Resign salah satu teman kuliah saya, teman kerja saya untuk pertama kali selepas kuliah dan juga teman satu kamar di kos cikarang yaitu farida damanik [selamat ya ida :)] mengingatkan saya akan obrolan ibu-ibu arisan di rumah saya.
Kebetulan waktu itu rumah saya yang ketempatan arisan. Mengetahui bahwa saya sudah resign dari kerja kantoran dan memutuskan di rumah untuk ngemong nyambi bisnis oriflame, ibu-ibu tsb yang rata-rata seumuran dengan mertua saya dan rata-rata ibu rumah tangga sejati [para suami mereka adalah pegawai bank] menyayangkan keputusan saya.
Biasalah kalau ibu rumah tangga kan "merasa" ingin kerja kantoran, sedangkan ibu yang kerja kantoran merasa ingin kerja di rumah, padahal sama-sama ada plus minusnya.
"Kok berhenti, kan sudah enak kerja kantoran?"
"Kok berhenti, kan sudah enak dapat gaji tetap tiap bulan"
"Kok berhenti, dll dll"
Saya bilang mau ngemong aja, tidak apa-apa tidak kerja kantoran yang penting tenang bisa melihat anak-anak di rumah dan tetap bisa bantu suami cari penghasilan untuk tambahan uang dapur dan uang jajan anak-anak.
"Terus dapet apa dari kantor? Dapet pesangon?"
Saya bilang tidak. Tidak apa-apa mungkin rejeki saya bukan dari uang pesangon, mudah-mudahan dicukupkan dari yang lain."
"Looh..kalo gak dapet apa-apa ya rugi dong. Udah berhenti kerja, gak dapet pesangon, penghasilan berkurang [psst saya belum sempat cerita kalau penghasilan saya dari oriflame lebih besar daripada gaji kantor].
Duuh bingung juga mau jawab apa ini. Sungkan juga sama ibu-ibu yang sudah seumuran ibu saya. Maunya saya diemin aja, eh tiba-tiba ada Ibu pensiunan pegawai bank yang sering cerita ke saya betapa inginnya dia resign dan merawat anak-anaknya sendiri tetapi tidak bisa, menjawab : "Mbak kadek dapet keluarga Ibu-ibu, bagi kami yang sudah pernah bekerja kantoran, serasa lebih berharga dibandingkan pesangon"
Hemmmm....Ibu-ibu bergumam :). Entah apa yang ada di pikiran mereka :).
Bekerja kantoran maupun bekerja di rumah, sama-sama ada plus minusnya. Itu adalah pilihan masing-masing yang disesuaikan juga dengan situasi dan kondisi. Yang pasti semua ibu ingin yang terbaik untuk keluarganya, terutama untuk anak-anaknya. Tidak diragukan lagi :)
Always give the best for our children, jangan sampai menyesal nanti dan keluar penyesalan : Andaikan aku dapat mengulang membesarkan anak saya :(

Kerja di rumah

Hemm sudah lama saya tidak menulis di blog. Rasanya kangen sekali tapi seperti kekurangan waktu saja untuk menuangkan isi hati dan pikiran ke dalam tulisan di blog saya ini. Yang bisa saya lakukan hanya menulis beberapa kalimat untuk kegiatan hari ini yang penting-penting saja :)

Saya ingin banyak bercerita tentang pengalaman saya kerja di rumah setelah 9 tahun kerja kantoran. Ada banyak cerita jadi dibagi saja.

Sejak SMA saya bercita-cita untuk bisa kerja kantoran, bukan wiraswasta, bukan bertani, dan meskipun saya sudah berkeluarga, saya akan tetap bekerja. Tujuannya sederhana saja, bukan demi karir, tapi demi membantu keluarga saya dan juga demi anak-anak saya nantinya, sekaligus idealisme yaitu pengamalan ilmu-ilmu yang diperoleh hehehe

Pergilah saya ke Bandung, selepas SMA, menyusul kakak saya yang sudah terlebih dahulu melanjutkan kuliah di STT Telkom. Mengambil jurusan Farmasi dengan cita-cita menjadi apoteker yang bekerja di pabrik farmasi, pabrik kosmetik maupun membuka apotek sendiri.

Dan benar, saya bisa bekerja di pabrik farmasi terkemuka di Cikarang. Menyenangkan sekali, karena saya memang cinta pekerjaan saya. Saya suka formulasi obat, saya senang trouble shooting walau bikin pusing, tapi saya menikmatinya. Bekerja di sana selama 2 tahun dan akhirnya memutuskan untuk menikah dengan terlebih dahulu mencari pekerjaan di Surabaya, bayangan saya hanya satu yaitu mencari pabrik farmasi lagi :). Segitu cintanya ya hehehe. Dan bekerjalah kembali saya di pabrik farmasi di surabaya dan akhirnya menikah pada Juni 2004.

Saya memang termasuk orang yang susah untuk pindah-pindah kecuali memang urgent dan terpaksa banget. Mungkin kategori orang yang nerimo hihi. Pindah rumah, pindah ke lain hati kalo pacaran dan juga pindah kerja. Jadi walau dibilang perusahaan ini begini begitu, perusahaan itu lebih baik karena begini begitu, saya biasanya tidak mudah untuk pindah ke tempat yang dibilang lebih baik itu. Rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau bukan :). Yang penting saya cinta pekerjaan saya, saya lakukan yang terbaik, hasilnya biarkan DIA yang menilai. Jika saya harus pindah, pasti akan ditunjukkan jalan keluarnya.

Ketika hamil anak pertama kemudian keguguran dan hamil anak kedua pun saya tidak ada niat untuk kerja di rumah. Ibu saya bisa membesarkan saya dengan bekerja sebagai guru, sayapun pasti bisa. Kemudian hadirlah Dede. Saya masih bisa handle semuanya, walau sangat repot. Kembali ke rumus, ibu saya bisa, sayapun harus bisa. Saya lupa kalau rumus saya ada yang kurang :). Bapak ibu saya guru SD yang pergi pagi pulang jam 1 siang dan rumah kami berseberangan jalan dengan rumah Nenek :). Sedangkan saya? Orang tua dan mertua ada di Bali, tetangga kiri kanan memang semua baik dan perhatian, tapi mereka tentu saja ada kesibukan sendiri-sendiri. Pyuuhh......

Ah tapi bukan halangan untuk saya tetap bekerja. Hingga lama-lama seperti ada yang kurang, seperti ada yang salah. Ketika Dede sakit saya harus trial produksi untuk launching produk baru, yang sama sekalia tidak bisa saya titipkan pekerjaan semacam itu kepada staff dan operator kami, apalagi kepada teman kerja yang tidak mengikuti perkembangan penelitian produk tersebut. Ketika dede sakit dan manja minta ditemani. Ketika Dede mogok makan [info dari si mbak, entah benar entah tidak], dan hanya mau makan ketika saya pulang kerja. Ada keinginan untuk berhenti bekerja tapi bagaimana dengan penghasilan saya? Saya tidak ingin hanya meminta kepada suami, saya masih ingin bantu keluarga saya, saya tidak ingin mengalami kesulitan keuangan ketika nanti anak saya sekolah. Apa pekerjaan yang cocok untuk saya yang sesuai untuk background saya dan tidak banyak modal? Curhat sana sini minta petunjuk teman-teman dan keluarga. Mulailah saya mencoba-coba segala hal yang berbau kerja di rumah. Tentu saja tidak berani langsung berhenti bekerja. Walau sangat repot saya kerjakan saya terlebih dahulu. Bagaimana saya tau sesuatu akan berhasil jika saya tidak mencobanya :)

Apa saja yang saya kerjakan? Jualan kain bali, tas, jualan pernak pernik bali, belajar menulis, menjahit, membuat kerajinan flanel, melirik usaha catering. Tapi hasilnya tidak memuaskan.
Aah apakah saya sudah dikutuk menjadi pegawai seumur hidup nih? Saya yakin Tuhan pasti tunjukkan jalan. Jika memang saya harus menjadi pegawai, pasti ada penolong supaya saya bisa membesarkan anak saya dengan baik dan tetap menjadi istri yang baik pula. Yang perlu saya lakukan adalah sabar dan terus berusaha.

Kemudian saya dikontak oleh teman kuliah saya dan menawarkan bisnis yang sama sekali asing bagi saya. MLM Oriflame. Kenapa saya bilang asing dan serem? Saya tidak bisa jualan, saya tidak bisa merekrut, saya tidak ada waktu untuk merekrut, saya tidak bisa menjual produk yang sama sekali tidak saya ketahui dan pasti tidak akan saya coba juga karena saya memang tidak menggunakan kosmetik selain sabun wajah, bedak dan lisptik. Tapi apa salahnya dicoba? Saya juga sudah banyak bertanya dan yaah dengan modal 30ribu waktu itu saya berani mencoba bisnis ini dengan segala keterbatasan saya. Berhasil atau tidak berhasil saya harus mencobanya. [To be continued]