Minggu lalu adalah minggu yang menyedihkan untuk saya. Bagaimana
tidak? Anak-anak sakit semua. Saya seorang apoteker, biasanya jarang
banget bawa anak ke dokter. Saya tinggal lihat gejala kemudian tanya
anaknya apa yang dirasakan, belikan obat dan beres. Jarang sekali saya
panik jika anak sakit. Tapi yang terjadi kemarin berbeda dan sempat
membuat saya panik.
Awalnya kamis siang sepulang sekolah, bekal sekolah kakak tidak disentuh sedikitpun. Alasanya kenyang dan haus aja, jadi air putih 500ml habis semua dan bekal tidak dimakan. Karena tidak makan siang, malamnya dia merasa mau muntah dan akhirnya muntah beneran setelah makan. Saya suruh istirahat dan keesokan harinya berlanjut muntah sekali. Karena Jumat hari pendek, hanya belajar 2 jam saja, dan dia bilang kuat ke sekolah saya ijinkan ke sekolah. ternyata 1 jam 15 menit di sekolah, dia diantar pak kebon pulang naik sepeda ontel. Katanya muntah air di sekolah dan badannya jadi demam. Saya minta dia tidur dan bangun-bangun muntah ditambah diare parah. hiikksss. Dugaan saya adalah muntaber, tapi ketika saya lihat BABnya tidak ada lendir, jadi saya mengarah ke Typus. Gak berani ambil resiko, saya ke Lab klinik dan sekalian konsultasi dengan dokter. Ternyata hasil tes negatif. Hanya diberikan obat diare, oralit, anti mual dan antibiotik. Kalau saya baca sih antibiotiknya kurang tepat untuk penyakit anak saya, tapi udah gak sempet mikir lagi karena panik, saya berikan saja ke anaknya hiik. Makanan tidak ada yang bisa masuk, karena selalu muntah dan diare. Jadi saya istirahatkan dan tidurkan sambil pantau terus.
Minggu siang…..duuuh si adik juga mengalami gejala yang sama. Dan susahnya dengan si adik adalah dia tidak mau minum obat. Dibujuk-bujuk dengan segala cara akhirnya mau juga. Sambil saya pantau tanda-tanda dehidrasi dan bersiap siaga pergi ke rumah sakit, saya berusaha merawat mereka dengan baik. Muntah – diare – ngepel lantai – cuci celana adik begitu terus berulang-ulang. Dan pastinya begadang terus.
Lelah mungkin masih ditahan, tapi sedih melihat mereka tak berdaya membuat saya sempat menangis, walau sudah ditahan karena saya pikir tak ada gunanya menangis. Pengen banget rasanya gantiin posisi mereka.
Hari Senin si kakak sudah berangsur membaik. Tidak muntah dan diare hanya sekali sehari. Makan juga sudah mulai mau walau sedikit-sedikit. Lemes sudah pasti tuh. Selasa sudah membaik lagi dan Rabu sudah bisa sekolah lagi. Demikian juga dengan si Adik. Si adik lebih cepat pulih karena dia anaknya bawaannya laper mulu . Jadi kondisinya lebih cepat stabil.
Tidak tahu salahnya dimana sehingga anak-anak mengalami seperti itu, karena mereka tidak pernah jajan sembarangan. Saya juga selalu menjaga kebersihan makanan yang dimasak dan kebersihan rumah. Kesimpulan sementara sih mereka terserah virus. Mudah-mudahan sehat terus ya nak
Awalnya kamis siang sepulang sekolah, bekal sekolah kakak tidak disentuh sedikitpun. Alasanya kenyang dan haus aja, jadi air putih 500ml habis semua dan bekal tidak dimakan. Karena tidak makan siang, malamnya dia merasa mau muntah dan akhirnya muntah beneran setelah makan. Saya suruh istirahat dan keesokan harinya berlanjut muntah sekali. Karena Jumat hari pendek, hanya belajar 2 jam saja, dan dia bilang kuat ke sekolah saya ijinkan ke sekolah. ternyata 1 jam 15 menit di sekolah, dia diantar pak kebon pulang naik sepeda ontel. Katanya muntah air di sekolah dan badannya jadi demam. Saya minta dia tidur dan bangun-bangun muntah ditambah diare parah. hiikksss. Dugaan saya adalah muntaber, tapi ketika saya lihat BABnya tidak ada lendir, jadi saya mengarah ke Typus. Gak berani ambil resiko, saya ke Lab klinik dan sekalian konsultasi dengan dokter. Ternyata hasil tes negatif. Hanya diberikan obat diare, oralit, anti mual dan antibiotik. Kalau saya baca sih antibiotiknya kurang tepat untuk penyakit anak saya, tapi udah gak sempet mikir lagi karena panik, saya berikan saja ke anaknya hiik. Makanan tidak ada yang bisa masuk, karena selalu muntah dan diare. Jadi saya istirahatkan dan tidurkan sambil pantau terus.
Minggu siang…..duuuh si adik juga mengalami gejala yang sama. Dan susahnya dengan si adik adalah dia tidak mau minum obat. Dibujuk-bujuk dengan segala cara akhirnya mau juga. Sambil saya pantau tanda-tanda dehidrasi dan bersiap siaga pergi ke rumah sakit, saya berusaha merawat mereka dengan baik. Muntah – diare – ngepel lantai – cuci celana adik begitu terus berulang-ulang. Dan pastinya begadang terus.
Lelah mungkin masih ditahan, tapi sedih melihat mereka tak berdaya membuat saya sempat menangis, walau sudah ditahan karena saya pikir tak ada gunanya menangis. Pengen banget rasanya gantiin posisi mereka.
Hari Senin si kakak sudah berangsur membaik. Tidak muntah dan diare hanya sekali sehari. Makan juga sudah mulai mau walau sedikit-sedikit. Lemes sudah pasti tuh. Selasa sudah membaik lagi dan Rabu sudah bisa sekolah lagi. Demikian juga dengan si Adik. Si adik lebih cepat pulih karena dia anaknya bawaannya laper mulu . Jadi kondisinya lebih cepat stabil.
Tidak tahu salahnya dimana sehingga anak-anak mengalami seperti itu, karena mereka tidak pernah jajan sembarangan. Saya juga selalu menjaga kebersihan makanan yang dimasak dan kebersihan rumah. Kesimpulan sementara sih mereka terserah virus. Mudah-mudahan sehat terus ya nak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar