Tampilkan postingan dengan label Cerita Ibu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita Ibu. Tampilkan semua postingan

Anak Pertamaku

 Anak pertama...

Tempat pertama tercurah segala kasih sayang dan harapan.
Tempat Ibu belajar banyak hal, sangat banyak malah, sehingga kadang merasa seperti percobaan dari Ibu yang tak punya pengalaman sama sekali.
Ditinggal kerja pagi sampai sore karena Ibu belum ikhlas melepas kerja kantor, yang "sepertinya" bukan karena faktor keuangan tapi lebih kepada ambisi aktualisasi diri dalam pekerjaan yang sesuai ijazah. Karena sejatinya rezeki selalu ada dimanapun kita ikhlas bekerja dan kecukupan materi adalah relatif.
Maafkan...karena sempat membuat neraca antara penghasilan saat kerja di rumah, saat tidak kerja dan saat kerja kantoran. Yang sudah jelas2 tidak bisa dihitung value to value karena di rumah bersamamu sudah pasti dan seharusnya jauh lebih berat.
Mandiri lebih awal ketika si adik hadir yang ternyata banyak menginspirasi adiknya untuk bisa mandiri dan tentu saja menginspirasi Ibu
Diminta mengalah pada adik hanya agar Ibu bisa bekerja dengan tenang.
Diminta membantu jaga adik supaya Ibu bisa selesaikan pekerjaan rumah dan lanjut kerjain bisnisnya.
Kadang tanpa sadar menyalahkan jika terjadi sesuatu dg adik, padahal yang salah adalah Ibu karena Ibu yang seharusnya bertanggung jawab pada adik, bukan kakak.
Konon katanya... anak pertama bisa jadi benci adiknya jika diminta mengalah. Tapi Kakak luar biasa, tetap sayang adik dari adik lahir hingga sekarang.
Terimakasih terimakasih terimakasih 🙏😘
Dan sejuta maaf untuk ketidaksempurnaan Ibu menemanimu hingga sekarang 🙏
Semoga perjalananmu menuju SUKSES terbentang luas, dimudahkan dan dilancarkan menggapai cita untuk kebaikan diri sendiri, keluarga dan orang banyak, Tathastu 🙏

Akibat Gigitan Semut Api

Pernah dengar semut api?
Atau mungkin pernah melihatnya?

Ini nih penampakan semut api yang ada di garasi rumah saya. Kadang banyak kadang hanya tiga-empat semut aja. Seperti semut lain, jika tidak mengganggu seperti ngerubutin makanan, biasanya saya biarkan saja.

Garasi adalah tempat favorit saya untuk bongkar belanjaan dari pasar karena tempatnya luas. Paling enak duduk dilantai dan membersihkan sayuran serta menata ke dalam wadah-wadah.

Aww...si semut menggigit karena tertindih kaki saya. Periiih...tapi abaikan saja. Saya orang desa dan orang desa mah kebal haha. Cuman digigit semut doang...
Beberapa saat kemudian bagian yang digigit semut gatal luar biasa dan bengkak, kulitpun menebal dan agak lebar di sekeliling gigitan. Ah abaikan saja, yang penting jangan digaruk keras supaya ga luka, besok juga hilang sendiri. Tapii... ternyata bengkak ini berlangsung seminggu lebih. Kadang mengempes kemudian menghitam atau kadang luka karena ga sengaja digaruk pas tidak sadar.

Seingat saya, gigitan ini terjadi 4-6 kali di titik berbeda. Terakhir ketika sedang membersihkan rice cooker dan duduk di lantai semut menggigit sekitar paha.
Seperti biasa, saya abaikan. Cuman meringis aja karena gigitannya bikin perih.
Saya melakukan aktivitas seperti biasa kemudian mulai menghadapi si laptop dan kerjaaa....
Mulai terasa gatal di bagian pergelangan tangan yang memakai jam tangan. Saya lepas jam tangan. Trus gatal lagi di telinga, leher dan pipi. Saya garuk pelan sambil tetap membalas chat di wa. Saya pikir cuman gatal biasa.

Tidak lama kemudian, hidung berdenyut-denyut keras, demikian juga kepala. Bukan sakit tapi kayak berdenyut/bergerak seirama dengan detak jantung. Detak jantung juga terasa keras banget. Saya belum pernah mengalami ini. Wajah pun terasa memanas.

Sadar ada yang tidak beres saya bercermin...terlihatlah hidung membengkak, wajah merah dan bengkak, leher merah, tangan, kaki dan punggung gatal.
Hem alergi ini. Saya tau karena saya beberapa kali alergi. Tapi sudah lama sekali saya tidak pernah alergi. Terakhir mungkin waktu kerja di Kalbe Farma belasan tahun lalu. 

Minum obat aja yuk! Saya ingat pernah belikan kakak obat alergi lalu saya cek stok obat tersebut dan untungnya masih ada dan belum expired. Saya minum dan mulai beresin kerjaan dan memposisikan diri untuk tiduran karena biasanya setelah minum obat alergi saya pasti ngantuk berat. 

Namun diluar dugaan, tiba-tiba perut terasa sakiit seperti maag kambuh. Padahal sudah lama juga saya tidak merasakan maag kambuh. Saya coba berjalan menuju kotak obat siapa tau masih ada sisa obat maag. Baru 3 langkah, dunia terasa gelap...ah anemia mungkin karena mendekati datang bulan. Diam sebentar biasanya baikan.

Okee sudah baikan, lanjut melangkah... dan perasaan semakin tidak enak, pandangan kabur. Akhirnya saya sadar ada yang tidak beres, segera saya minta anak-anak panggil Bapaknya.
Saya dipapah ke kasur. Keringat dingin segede-gede jagung mulai berjatuhan. Pusiiing luar biasa.
Saya bertahan... mungkin tensi drop. Sebentar juga baikan jika dibawa tiduran.

Syukurlah benar enakan, tapiiii sakit perut tiba2 ingin BAB. Ga bisa ditunda alias ditahan, saya minta dituntun ke toilet karena masih pusing/melayang. Belum sampai toilet saya ambruk, sepertinya pingsan tapi posisi aman (tidak ada benturan ke lantai) karena masih dituntun dan pegangan si Bapak.
Bapak dan anak2 bingung karena sejauh ini saya tidak pernah pingsan, sakitpun paling ringan2 aja. Sepertinya tidak lama karena sebelum diangkat ke kasur saya sudah siuman.

Belum sempat mikir mengapa saya bisa pingsan, perut saya berontak, saya minta diantar ke toilet dalam keadaan dunia gelap dan pegangan tangan bapak. Sampai di toilet keluarlah diare.
Insting saya ingin menganalisa warna dan penampakan diare saya untuk tahu saya keracunan atau gimana...tapi jangankan menoleh, untuk buka mata dan bangkit dari dudukan toilet aja tidak bisa. Hampir 30 menit saya duduk pegangan tangan bapak sambil tetap mengucurkan keringat dingin yang deras. Saya belum pernah merasakan seperti ini.
Sampai akhirnya saya bisa buka mata dan minta Bapak panggil dokter saja.

Ini hari minggu gaes....dokter terdekat tutup. Tetangga yang mau dimintain tolong untuk tanya dokter atau nganter ke RS juga sepi.
Bapak memutuskan bawa saya ke RS. Anak-anak di rumah berdua. Saya sebenernya ga mau karena musim pandemi, tapi saya juga ga berani jamin saya bisa cepat sehat dan ga bikin Bapak + anak2 panik.

Lemes rasanya, ga ada tenaga sama sekali setelah dari toilet. Dibantu anak-anak, saya jalan pelan-pelan ke tempat tidur, minta waktu sebentar untuk bisa kumpulkan tenaga jalan ke mobil. Bapak udah ga sabar nunggu saya bertenaga, jadilah Bapak olahraga angkat beban 53kg alias gendong saya ke mobil. 

Tiba di IGD ditanya macem2 tapi saya udah merasa baikan. Ngapain saya ke IGD yah? Istirahat bentar aja mungkin udah baikan. Mana si perawat resek banget... abis nanya2 malah nyalahin saya minum obat alergi. Bisa jadi obat alergi yang bikin pingsan katanya. Mbok ya ramah dikit gitu...

Tapi sejujurnya belum tau penyebab alergi dan shock anafilaktiknya.
Saya lapor Dokter bahwa pagi minum susu, icip 2-3 jamur krispi kecil yang saya goreng sendiri dan terakhir digigit semut. Bapak juga minum susu dan makan jamur, tidak masalah. Anak2 makan jamur tidak masalah.

Saya diminta rawat inap untuk pantau kondisi krn sempat pingsan.
Oh noo....anak2 gimana kalau ga ada saya. Musim pandemi pula.. horor rasanya nginap di rumah sakit. Tapi yang paling kepikiran adalah anak-anak. Saya minta pulang saja.

Pulangnya saya bisa jalan kaki ke mobil.. nyeker dong karena Bapak lupa bawain sandal. Mau gendong, malu wong udah sehat plus saya dasteran hehe. Tapi untungnya mobil sudah deket ruang IGD, jadi nyekernya masih di lantai bersih. 

Di rumah....tidak ada diare lagi, tidak ada pusing lagi. Lemas iya.. ngantuk iya karena obat alergi. Merah2 guede-guede mulai bermunculan di seluruh tubuh. Bagian-bagian yang pernah digigit semut kembali bengkak seperti saat awal digigit.
Naah mungkin ini biang keladinya...ketauan kalau si semut itu penyebabnya.
Abaikan saja, jangan banyak berpikir dan menyalahkan si semut, saya harus istirahat kumpulkan tenaga.
Keesokan hari bentol memudar sedikiiit tapi kondisi jauh membaik. Obat alergi saya hentikan. Lanjut vitamin saja.
Saya tidak mau mengkambinghitamkan jamur yang biasa saya makan. Dengan sedikit nekat saya kembali mencoba jamur sambil siapkan obat alergi. Tidak terjadi apa-apa... baik-baik saja seperti biasa...

Yaa mulai saat itu, Bapaknya anak-anak mulai dengan jurus basmi semut dan larangan duduk di garasi. Padahal itu tempat favorit banget. Selain buat milih sayur, tangga adalah tempat favorit untuk berjemur sambil nelpon panjang kali lebar kali tinggi dengan Ibu saya.
Tapi daripada kejadian tidak mengenakkan terjadi lagi, saya memilih mengalah sama semut, tidak mendekatinya lagi.

Suatu hari, tidak sengaja kakak juga kegigit semut hitam itu. Dia langsung lapor saya, saya perhatikan bentolnya kecil dan tidak bengkak+melebar seperti saya, jadi sepertinya tidak masalah. Cukup oles minyak tawon dan besoknya sudah hilang.

Jadi.... jangan remehkan sesuatu yang terlihat sepele. Jika terjadi reaksi yang berbeda dari orang kebanyakan, waspadalah...waspadalah!

Baby Blues, Gejala dan Penanganannya

 

Baby Blues dialami juga pada perempuan yang telah melahirkan lebih dari satu kali. Terlebih bila setiap melahirkan ia tidak menemukan orang-orang di sekitarnya yang dapat memberikan support dalam banyak hal. Belum lagi, penyesuaian diri dengan peran sebagai ibu baru. Peran yang menuntutnya harus mampu merawat, mengasuh dan mendidik buah hatinya, menimbulkan tekanan.

Gejala, Tingkatan dan Penanganan Baby Blues
Baby Blues rentan dialami oleh perempuan pasca melahirkan. Salah satu penyebabnya adalah adanya guncangan emosional yang dimulai dari persalinan yang mendebarkan dan cukup berat bagi ibu, perasaan cemas berlebihan akan kondisi bayi yang akan dilahirkan (apakah semburna atau cacat) sementara di satu sisi muncul perasaan gembira yang tak terlukiskan bercampur dengan rasa bangga dan kagum akan kemampuannya dalam melahirkan. Namun, di saat yang bersamaan tersembul rasa syukur sekaligus heran mengamati bayi kecil yang tau-tau hadir setelah selama ini berada dalam kandungannya. Perasaan yang tak siap, lelah sekaligus bangga dan bahagia bercampur aduk menimbulkan kegelisahan tersendiri, seperti ”mampukah saya merawat bayi?”. Apalagi saat melihat betapa ringkih si bayi, ibu lantas digelayuti pikiran bahwa semua tugas perawatan ada di pundakanya seorang diri.


1. Matternity Blues (Baby Blues)
 Muncul pada minggu-minggu pertama usai melahirkan dengan gejala yang tergolong ringan, seperti sering menangis, suasana hati mudah berubah-ubah, perasaan lelah, sensitif, pelupa dan mudah tersinggung yang biasanya akan berangsur berkurang. Meski tidak terjadi setiap waktu, ibu kerap kehilangan semangat untuk melakukan berbagai aktivitas perawatan bayi seperti memandikan bayi atau mengganti popok. Meski begitu, si ibu masih mau menyusui bayinya.
Cara Mengatasi
Bantuan langsung/keterlibatan suami, kerabat dekar atau sahabat akan sangat berarti dengan mengambil alih beberaoa tugas perawatan bayi yang memang memungkinkan. Semisal menggantikan popok, memandikan, meninabobokan kala rewel dan sebagainya hingga ibu punya waktu istirahat yang cukup. Sementara sahabat atau kerabat dekat bisa menjadi tempat curhat yang menyenangkan

2. Depresi Pasca-Persalinan (DPP)
DPP umunya mucul 3 bulan setelah melahirkan dengan gejala antara lain sedih berkepanjangan, menangis sambil menjerit-jerit dan munculnya kepribadian labil. Sangat mungkin perawatan bayi jadi terabaikan, bahkan pada beberapa kasus si ibu malah tidak mau lagi menyusui bayinya. Hampir setiap hari ibu kehilangan minat terhadap aktivitasnya sebagai ibu baru, kehilangan nafsu makan, mengalami gangguan tidur, emosi labil/terombang-ambing, didera rasa bersalah karena merasa tidak mampu menyayangi dan mengasuh bayi. Semua gejala tadi biasanya menghebat di sore hari. Si ibu juga kehilangan kemampuan berpikir dan berkonsentrasi serta sulit menentukan pilihan. Bahkan, meski jarang, beberapa ibu merasa tidak berguna atau putus asa yang selalu berujung pada kematian
Cara Mengatasi
Jika gangguan masih tergolong ringan, maka konseling psikologis dan intervensi sosial bisa menjadi solusi. Beberapa hal yang dapat segera dilakukan antara lain meminta bantuan suami dan dukungan dari keluarga, disamping memompa motivasi dan menumbuhkan semangat hidup.
Aturlah manajemen perawatan bayi sedemikian rupa hingga si ibu memiliki waktu untuk beristirahat, mendengarkan musik, dan masih sempat menjalani hobi atau melakukan aktivitas menenangkan dan menyenangkan lainnya. Berkonsultasi dengan psikiater dan psikolog juga sangat dianjurkan.
Pada beberapa kasus yang lebih berat, pengobatan dengan antidepresan diperlukan. Dokter dapat meresepkan obat yang tepat dan aman bagi para ibu yang mengalami DPP guna meminimalkan beberapa keluhan dan gangguan yang dialaminya.

3. Psikosis PostPartum
Inilah gangguan jiwa terberat yang dapat dialami ibu seusai melahirkan. Biasanya timbul 1-3 bulan persalinan. Manifestasi gangguannya pun cukup berat dan akut hingga si ibu terkesan ”setengah gila”. Misalnya, berteriak-teriak dan menjerit-jerit, tidak mau mengurus diri sendiri, dan hilangnya kemampuan berkomunikasi. Pada beberapa ibu bahkan mengalami halusinasi yang berkaitan dengan bayi dan seputar kelahiran. Contohnya, melihat bayinya seperti seekor harimau buas yang harus dibunuh.
Itulah mengapa, gangguan ini tidak hanya berbahaya buat ibu tapi juga si bayi dan orang lain di sekitarnya. Gangguan psikosis postpartum dapat menghancurkan kehidupan perkawinan, merusak relasi ibu dengan bayinya, disamping dapat pula memunculknan gangguan perkembangan emosional pada si bayi. Efek perilaku akan terlihat kelak saat anak berusia 3 tahunan, sedangkan efek kognitifnya saat anak berusia 4 tahun.
Cara Mengatasi
Pada kondisi seperti ini, mau tidak mau ibu dan bayinya harus dipisahkan karena bila tidak justru akan mengancam keselamatan si bayi. Terapi psikologis secara intensif perlu dilakukan dan harus dikombinasikan dengan pemberian obat-obatan. Bahkan pada beberapa kasus, si ibu dianjurkan menjalani perawatan kejiwaan di rumah sakit.

(Referensi: Nakita No. 448, November 2007)

10 Penyakit Pertama Si Kecil

Menjadi orang tua baru tentu membahagiakan. Namun, kebahagiaan terkadang berubah menjadi kepanikan tatkala si kecil mendadak sakit. Nah, ada baiknya Anda mengenali 10 penyakit pertama bayi, seperti dipaparkan Dr. Kusnandi Rusmil, Sp.A dari RS Hasan Sadikin, Bandung berikut ini.


1. BATUK-PILEK
Batuk-pilek pada bayi bisa karena banyak faktor. Sebagian besar penyebabnya virus, yang jenisnya ada ratusan banyaknya. Biasanya sembuh sendiri, kok. Gejalanya, hidung berair, kadang tersumbat, lalu diikuti batuk dan demam. Selain virus, batuk-pilek juga bisa karena bakteri. Biasanya disertai panas dan gejalanya lebih berat, yaitu tenggorokan berwarna merah. Harus diberi antibiotik. Jika terus berlanjut, bisa berakibat komplikasi radang telinga tengah. Namun, sakit telinga tak selalu terjadi pada batuk pilek. Jika cairan atau lendir banyak keluar dari hidung bayi dan membuat napas tersumbat, beri obat tetes hidung atau sedot cairan hidung dengan alat khusus. Yang penting, penyebabnya dulu yang diobati. Karena virus belum ada obatnya, maka pertahanan tubuh si bayi-lah yang harus ditingkatkan. Biasanya, batuk-pilek pada bayi terjadi sekitar lima hari. Jika panas tubuh bayi tak turun-turun hingga 2 – 3 hari, segera bawa ke dokter. Orang tua tak perlu cemas jika bayi batuk-pilek. Jika disertai panas, beri obat panas. Jangan lupa, beri nutrisi yang baik, terutama yang mengandung vitamin dan mineral, seperti buah-buahan atau jus, minum yang banyak, terutama ASI.

2. INFEKSI TELINGA
Infeksi telinga dapat disebabkan batuk-pilek oleh virus yang terus-menerus, sehingga virus masuk ke dalam saluran telinga. Bisa juga karena telinga kemasukan air yang mengandung kuman, sehingga mengakibatkan peradangan saluran telinga tengah. Gejalanya, sakit pada telinga dan panas yang tidak turun-turun selama 2 – 3 hari. Harus segera dibawa ke dokter. Kalau tidak segera ditangani, gendang telinga bayi bisa meradang dan pecah. Jika tak diobati, lama-lama radang telinga akan makin parah dan dapat menimbulkan nanah. Jika nanah pecah, cairan itu akan keluar dari telinga dengan bau yang tidak enak. Efek jangka panjangnya, sistem pendengaran rusak.

3. DIARE
Seperti halnya batuk-pilek, diare pada bayi juga bisa karena bermacam faktor, dari makanan yang tercemar kuman atau virus, keracunan makanan, sampai alergi susu. Diare pada bayi umumnya dapat dilihat dari jumlah cairan yang keluar melalui buang air besar (BAB) yang lebih banyak dari cairan yang masuk. Frekuensi BAB-nya lebih dari tiga kali sehari. Jadi, harus diberi banyak cairan supaya tidak terjadi dehidrasi. Pencegahannya, beri bayi minum, misalnya oralit, minuman yang mengandung ion, atau minuman yang mengandung probiotik, seperti yoghurt untuk membantu keseimbangan kuman dalam perut. Bayi enam bulan sudah boleh, kok, diberi minuman mengandung ion atau probiotik. Kusnandi juga menegaskan, obat diare yang paling ampuh bagi bayi sebenarnya ASI, karena mengandung obat anti-virus atau kuman yang dapat mencegah dan mengurangi lamanya penyakit bersarang di dalam tubuh bayi. Diare yang disertai demam, lanjut Kusnandi, paling sering disebabkan oleh virus. Semua penyakit karena virus, tidak ada obatnya. Yang penting, meningkatkan daya tahan tubuh dan mengatasi kehilangan cairan tubuh dengan banyak-banyak minum, terutama ASI. Sementara diare disertai muntah, biasanya disebabkan karena rangsangan ke dalam saluran pencernaan. Rangsangan itu bisa macam-macam, bisa oleh kuman atau racun zat kimia. Sekali lagi, yang penting adalah memberi minum yang banyak. Bisa juga diberi obat anti muntah oleh dokter, kata Kusnandi seraya mengingatkan agar orang tua tidak memberi bayi obat pemampat feses atau tinja. Jika tinja mampat, kuman enggak mati, malah berkumpul di dalam usus. Lebih baik kuman dikeluarkan dulu melalui BAB. Setelah kuman habis, otomatis diare akan berhenti dengan sendirinya, kata Kusnandi mengingatkan.

4. BATUK PLUS SESAK NAPAS
Pada bayi yang memiliki potensi alergi atau asma, batuk pilek lama-lama bisa menimbulkan sesak napas. Batuk-pilek ini terjadi akibat kuman yang lama-lama menyebar ke paru-paru. Bisa mengakibatkan gejala radang paru-paru, yaitu sesak napas, ujar Kusnandi. Jika sudah menyerang paru-paru, berarti sudah masuk ke tahap serius dan harus betul-betul diobati. Tanda-tanda sesak napas ini dapat dilihat secara fisik, antara lain bayi bernapas lewat hidung, sehingga cuping hidung kembang-kempis, napasnya cepat, setiap bernapas seperti ada yang menariknya hingga dadanya cekung. Penanganan gejala-gejala serius ini harus lebih teliti. Bila perlu dirawat di RS untuk diberi oksigen. Jika sudah sampai ke tahap serius, tak bisa lagi hanya diberi perawatan di rumah. Bisa bahaya dan harus segera ditolong dokter, tegas Kusnandi.

5. SAKIT TENGGOROKAN
Sakit tenggorokan pada bayi bisa karena kuman atau virus yang menyerang tenggorokan. Tanda-tanda fisiknya, tenggorokan berwarna merah, yang dapat terlihat di bagian leher. Bayi juga terlihat seperti kesakitan, rewel, dan biasanya sulit menelan. Jika disebabkan virus, biasanya dokter akan memberi obat pengurang rasa sakit, vitamin, dan dianjurkan diberi makan yang banyak, terutama jus buah, sayur bening, dan ASI, agar tubuhnya kembali kuat. Namun jika penyebabnya kuman, dokter akan memberi antibiotik. Bisa berupa sirup atau puyer. Puyer lebih ekonomis dan dosisnya bisa lebih tepat, karena dihitung per kilogram berat badan bayi. Efektivitasnya, sih, sebenarnya sama saja dengan sirup.

6. SEMBELIT
Penyebab sembelit bisa karena kurang makan makanan berserat. Oleh karena itu, bayi sebaiknya diberi banyak buah, sayuran, dan ASI. Berikan puding atau agar-agar, buah-buahan, dan sayuran. Untuk bayi yang belum bisa makan, berilah ASI sebanyak mungkin. Biasanya, bayi yang masih minum ASI jarang sembelit, kecuali bayi yang diberi susu formula. Mungkin susunya kurang cocok. Untuk mengatasi sembelit, pilih susu yang cocok. Sementara dokter biasanya akan memberi obat untuk melancarkan BAB-nya. Namun, ada juga bayi baru lahir yang tak bisa buang air besar. Keluhannya, perut kembung dan sering muntah. Itu karena saraf dari usus kurang, sehingga gerak peristaltiknya pun berkurang. Ini penyakit bawaan, harus dioperasi untuk membuang usus yang tidak ada sarafnya. Kasus seperti ini sering terjadi pada bayi baru lahir, terang Kusnandi.

7. INFEKSI SALURAN KEMIH
Selain sulit BAB, infeksi saluran kemih juga sering terjadi pada bayi yang baru lahir. Banyak terjadi pada bayi perempuan, karena saluran kemih perempuan lebih pendek dari saluran kemih bayi laki-laki, sehingga kuman lebih gampang masuk ke dalam tubuh. Jika bayi panas tanpa diserta batuk-pilek atau sakit telinga, orang tua harus selalu berpikir bahwa ini bisa saja sakit radang saluran kemih. Gejala infeksi saluran kemih hanya panas atau air kencingnya sedikit, dan bayi merasa nyeri di daerah perut atau kesakitan saat buang air kecil/kencing. Kadang-kadang, radang atau infeksi saluran kemih ini tidak bergejala juga. Buang airnya pun normal. Justru jika gejala tak muncul, sangat berbahaya karena dapat merusak ginjal. Oleh karena itu, jika bayi demam lebih dari 38,5 0 Celcius, segera periksakan ke dokter.

8. MUNTAH
Muntah atau gumoh disebabkan karena perut bayi yang baru lahir ukurannya masih sangat kecil. Daya tampungnya masih sedikit. Kalau terlalu banyak diberi susu, dia akan memuntahkan susunya kembali. Oleh karena itu, untuk bayi yang diberi susu formula, pada saat disusui, posisi botol susu dan botol harus pas dengan mulutnya agar udara tidak ikut masuk ke dalam mulut bayi. Udara yang ikut masuk ini dapat menyebabkan bayi muntah. Sementara untuk bayi yang disusui ASI, posisi menyusui harus betul dan pas. Usai disusui, gendong bayi dengan posisi seperti berdiri hingga bersendawa. Setelah itu bayi ditidurkan dengan posisi miring ke kiri.

9. ALERGI
Banyak hal yang dapat menyebabkan alergi pada bayi. Yang paling sering alergi susu sapi atau susu formula. Jika ibu atau keluarganya punya bakat alergi, bayi pun jadi gampang alergi. Sebagian besar alergi timbul karena makan telur, sea food, dan susu formula. Untuk menghindarinya, ibu menyusui sebaiknya menghindari konsumsi makanan alergen seperti telur, kacang-kacangan, sea food, atau makanan pemicu alergi. Pasalnya, alergi ini dapat langusng terbawa melalui ASI. Dokter biasanya memberikan susu anti-alergi khusus untuk bayi yang memiliki bakat alergi atau alergi pada susu formula. Susu antialergi ini mudah didapat dan sudah banyak dijual, kok.

10. RUAM POPOK
Usai buang air atau pipis, popok bayi harus segera diganti agar tidak menimbulkan iritasi atau merah-merah pada kulit bayi. Jika kulit bayi mengalami iritasi, kuman akan lebih mudah masuk ke dalam tubuh bayi. Untuk mencegahnya, gantilah popok sesering mungkin dan pakaikan pampers yang dapat menyerap banyak air. Untuk popok kain, sebaiknya rajin-rajin mencuci popok. Teknologi sudah semakin canggih, orang kini menciptakan pampers yang dapat menyerap air lebih banyak agar lebih praktis. Namun, bukan berarti bayi harus seharian pakai pampers yang itu-itu terus. Udara juga harus bisa keluar masuk, dong. Hanya saja, kelebihan pampers dapat mengurangi frekuensi pergantian popok, dibandingkan popok kain. Pengobatan untuk ruam popok, jika kulit bayi terkena popok basah, dapat diobati dengan memberikan bedak, talek, atau salep. Tetapi yang paling penting harus sesering mungkin mengganti popok atau pampers. Artinya, kondisi kulit bayi harus tetap dalam keadaan kering.

Sumber : tabloid nova

Belajar dan Berusaha

 

Belajar dan Berusaha adalah dua kata yg saling berkaitan. Belajar adalah makna untuk memberikan segala keterkaitan dalam hidup. Sampai manusia itu mati pun, kita harus tetap belajar. Sampai tidak mau pun, ternyata ada ujian yg membuat kita belajar dengan sendirinya.

Berusaha adalah upaya yang diperbuat manusia untuk menyenangkan hidupnya dan memberikan kesejahteraan bagi kebaikan hidup. Dan sesungguhnya berusaha itu pun sama seperti belajar. Ada waktu kita tdk berusaha. tetapi Tuhan memberikan kita ujian melalui apapun yang kita punya dalam hidup. Dan kita harus mau berusaha untuk menyelesaikan setiap masalah yg datang.

Dua kata itu seharusnya dijadikan sebuah motivasi yang baik bagi kita, untuk saling menghargai setiap manusia yang ada di dunia ini, dan jangan dilihat dari cara dia belajar dan berusaha tetapi lihatlah dari cara ia bersikap baik terhadap sesama karena kita pasti akan kembali kepadaNya. Maka Berbuat Baiklah dengan Cara Belajar Dan Berusaha.


Kakak Ngajarin Adik (Children See Children Do)

Liburan sekolah telah tiba. Ibu jadi sedikit lebih santai karena pagi-pagi tidak gedubrakan siapin sarapan dan bekal untuk sekolah kakak.

Kakak : "Bu, ibu gak libur ya kayak aku?"

Ibu : "Gak kak, kalau ibu libur lama kayak kakak nanti kerjaan ibu numpuk. Siapa yang masak? Siapa uang nyuci dan setrika? Siapa yang bersihkan rumah? Lagian kalau ibu gak kerjain Oriflame, ibu gak dapet uang buat sekolah."

Kakak : "kok kerjaan ibu banyak banget sih?"

Ibu : "kalau kakak mau bantu ibu bisa kok, ajak adik main kalau pas ibu lagi kerja. Jangan digodain terus, kalo digodain dia marah dan minta gendong ibu, ibu jadi gak bisa kerja."

Kakak : "oo gitu. Ok ok"

Kakak : "Dik, baca sama kakak yuk! Ibu lagi kerja."

Adik : "Baca ini kak" [buku warna dan bentuk]

Kakak : "ayooo ini apa? Bentuknya apa?"

Adik : "Tomat, merah"

Kakak : "Bentuk dik, kakak tanya bentuk, bukan warna"

Adik : "Meraaah"

Kakak : "Adiiik...Merah itu warna bukan bentuk. Bentuk itu ada segitiga, segiempat, lingkaran. Ngerti gak?"

Adik : "Ngertiii. Ini tomat. Meraah"

Kakak : "Ini lingkaran dik. warnanya merah. Diinget-inget ya macam-macam bentuk. Jangan dijawab warna kalau kakak nanya bentuk. Ayo lanjut, ini apa???"

 

Jitak Ibu, kayaknya itu gaya mengajar Ibu ke kakak dueeeeh.

Jadi ikut-ikutan

Gaya ngomongnya juga sama hihi

Ibu : "Kak, adik baru 2.5 thn looh. Jangan disamakan kayak kakak yang 7.5 thn yaaa. Kalau mau ngajarin pelan-pelan aja. Kakak ajak baca cerita pendek aja sana, nanti malah adik marah-marah kalau jawabnya salah mulu."

Kakak : "adik yang minta bacain ini bu. ya udah baca yang lain yuk dik"

Tidak lama kemudian,

Adik : Adik mendudukan boneka Patrick "Patik ayoo ini apa? Segitiga yaaa... warnanya ijooo. yang ini apa? Apel yaa...merah. Yaaa patik pinter yaaa. Guuuud. Dapet hadiah ekim"

Kakak dan Ibu : "hihihi. Ssst jangan diganggu"

Jadi begitulah keadaan saya di rumah.

Saya bekerja di rumah, tapi saya tidak punya ruang kerja khusus.

Saya bekerja di ruang keluarga dengan meja kerja.

Anak-anak bermain di lantai dekat dengan ibu, rak buku dan kotak-kotak mainan sesuai kelompoknya [akal-akalan ibu supaya gak susah beres-beres].

Kerja di rumah gak fokus kalau anak-anak belum tidur.

Beda sama pas saya kerja kantoran, meskipun mikirin anak di rumah, tapi karena dihadapkan pada suasana kerja, dan pastinya tidak mendengar celoteh dan rengekan anak-anak, jadinya lebih fokus.

Syukurlah anak-anak mengerti kalau ibunya di rumah juga bekerja, tidak minta ditemani terus kecuali waktu tidur.

Mereka berdua harus ditemenin kalau tidur. Ditungguin sambil duduk ya gak tidur-tidur mereka. Harus ikutan tidur, dan ini mengkhawatirkan kalau malam hari. Karena si ibu udah lelah sepanjang hari, jadi hati-hatilah jika kepala nempel bantal, langsung bobo hihi.

 

Kakak sudah lebih mandiri. Belajarpun cukup mandiri. Saya menyediakan banyak buku latihan soal hihi.

15-30menit teori dari Ibu, sisanya kerjain soal :p. Maksudnya biar ibu ada waktu kerja :D [ibu nakal, tapi sukses looh, nilainya paling tinggi di kelas tahun ini :)]

 

Kalau Adik yaaah namanya masih batita, kadang pengen disayang, becanda, diitik-itik, ditemenin baca atau malah cuman dipeluk doang.

Kalau dia udah pengen dpeluk2 gitu, dia gelendotan di kursi dan bilang : "bu..ibuuuu... didi pengen manjaaa"

Ya udah... peluk peluk cium cium, diitik itik diajak cerita bentar trus tanya : ibu boleh kerja lagi?

kalau dia bilang boleh ya wis kerja lagi, kalau tidak, ya dicoba kasih ide mainan yang dia belum bosen.

Sekarang dia lagi excited dengan puzzle, jadi butuh waktu lama untuk manja karena dia penasaran pengen selesaiin sendiri :)

Kerja di rumah enak? Enak banget!! Syukur pada Tuhan :)

Kerja di rumah capek? Huhuhuhu cuapeeek banget, apalagi tanpa PRT

Ada harga yang harus dibayar untuk "sesuatu"

"Sesuatu" saya saat ini adalah waktu bersama anak-anak + penghasilan untuk tambahan.

Suksma Hyang Widhi atas semua ini.

Perjalanan masih panjang dan perjuangan belum selesai ;)

Semoga bisa memberikan lebih banyak kebahagiaan untuk anak-anak dan keluarga...

Ibuku Guruku Pahlawanku

Ibuku adalah guru pertamaku

Bukan karena beliau adalah memang seorang guru SD :), tetapi karena memang beliau mengajarkan banyak hal terutama tentang kehidupan.

Banyak sekali nasehat yang diberikannya sampai-sampai kadang aku merasa banyak sekali aturan-aturan ibuku hehe, karena setiap nasehat berujung dengan aturan hahaha.

 

Yang saat ini ingin saya tulis adalah tentang menjadi Ibu :)

Ibuku adalah orang desa, jadi aku juga termasuk orang desa karena lahir di desa hahaha

Jadi tidak ada pembantu dan semua dikerjakan sendiri. Sejak SD saya sudah diajarkan untuk membantu Ibu dengan alasan semua wanita harus bisa bekerja seperti menyapu, merapikan rumah dan memasak. Sekolah dan belajar tetap nomor 1, tapi disela waktu bermain dan belajar tentu ada waktu luang untuk membantu Ibu.

Pesannya adalah : setinggi-tinggi sekolahmu nanti, setinggi-tingginya jabatanmu nanti di pekerjaan, kamu tetap harus bisa mengerjakan pekerjaan rumah, apalagi jika menjadi seorang istri atau ibu. Kedudukan dan gaji boleh lebih tinggi daripada suami tetapi di rumah, istri adalah istri :).

 

Ketika aku mempunyai baby, Dede, dan posisi masih kerja kantoran, ada nasehat tambahan lagi hehehe, yang tentu saja sangat bermanfaat.

"Menjadi Ibu bekerja memang berat. Jadi kamu harus kuat-kuat. Tanggung jawabmu bertambah besar, terhadap suami, anak dan pekerjaan. Pekerjaan yang lain tetap, tetapi karena ada bayi yang harus disusuin dan diurus, maka kuatkanlah mental dan fisikmu".

Huhuhu benar sekali!!

 

Ketika aku mempunyai baby lagi, Didi, dan posisi sudah resign tetapi tanpa asisten di rumah, rasanya begitu berat mengatur waktu untuk bisnis dan keluarga.

Aku seperti kekurangan waktu..

Aku seperti kehabisan tenaga..

Dari sekian deretan to do list hanya sedikit yang tercapai.

Nasehat dari para tetangga yang memang kebanyakan ibu-ibu sepuh saya lakukan juga untuk mencari pola kerja yang baik :D.

Bersamaan dengan itu, sepertinya para asisten ngumpet tidak ada yang mau bekerja :D

Muncullah nasehat berikutnya :)

"Kamu harus tabah, sabar dan kuat.

Jaga kesehatan dan kondisi agar tetap fit karena roda kehidupan rumah tangga bergantung padamu, apalagi masih menyusui.

Mengurus batita dan si kakak sambil bekerja memang agak repot.

Utamakan yang penting saja, tidak semua harus berjalan sempurna.

Yang paling penting anak-anak terurus dengan baik"

 

Hemm akan kucoba nasehat ibuku ini.

Semoga berhasil!!

 

Seorang teman juga memforward emailnya yang berjudul :

Anak adalah raja di rumah kita,

yang saya penggal sbb :

Hidup adalah hari ini. Sekali harus berarti, meskipun esok harus mati. Maka ketika istri butuh mendekat sekedar ingin bercengkerama, ketika anak-anak butuh memeluk hanya sekadar untuk bermanja-manja maka tnapa sadar sering kita malah menghardiknya .. Bukan kita tak sayang keluarga, tapikarena mereka mendekat pada saat yang tidak tepat.

Ketika kita sedang berkonsentrasi pada pekerjaan, sedang berdarah-darah menata hari depan, dan inipun demi kepentingan mereka pula. Jadi demi hidup yang didepan, kita terkadang mengorbankan kebahagian hari ini,begitu tekad yang ada dalam benak kita.

Dan benarlah. Banyak anak-anak terpaksa kehilangan kegembiraannya di hari ini, karena orang tua sibuk menata hari depan yang di sana. Banyak suami-istri lupa bermesraan karena mereka sibuk merancang kemesraan di hari depan. Sementara ketika masa depan itu benar-benar datang, anak-anak telah kepalang kehilangan masa kekanakannya. Ia telah menjadi pribadi yang kepalang luka dan tak bisa menarik waktu kanak-kanaknya kembali. Ada jenis masa depan yang kemudian menjadi berhala, karena ia meminta terlalu banyak tumbal kebahagiaan yang jelas-jelas sudah nyata ada di sini, di hari ini: anak-anak kita dan masakanak-kanak mereka. [Oleh: Prie GS]



Bekerja dari Rumah, Apakah Karena Ibu Mengalah?

Suatu hari sebelum pandemi, saya mengikuti suatu acara dan bertemu dengan seorang Ibu yang sudah pensiunan. Sempat basa-basi mengobrol untuk menunggu acara dimulai.
Biasalah yang ditanya kalau sesama Ibu adalah putranya berapa, kerja dimana? Saya pun menjawab dan balik bertanya untuk basa-basi juga :)
 
Ketika tahu saya sudah resign beliau spontan berkata, "Wah sudah resign? Sayang sekali ya bu. Tapi Ibu mengalah ya untuk anak-anak."
Saya sedikit tertegun dengan kata mengalah. Apa iya istilahnya mengalah? apakah Ibu harus mengalah?
Tapi dalam berbasa basi saya memang jarang berdebat, apalagi dengan orang yang baru saya kenal dan belum tentu nanti ketemu lagi. Tidak ada hubunganya juga dengan saya dan jika saya menjelaskan panjang lebar juga ga ada gunanya buat si Ibu :). 
Jadi, saya iyakan saja bahwa saya bekerja di rumah karena keinginan sendiri dan untuk anak-anak.

Memang tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Bertemu si Ibu pun pasti bukan suatu kebetulan. Memberikan sudut pandang baru atau mungkin bahan perenungan.

Demi anak-anak, iyaa bener, tapi kalau dibilang mengalah sih enggak juga ya. 
Eh bukan artinya saya maunya menangan dan ga mau kalah...
Tapi kalau kata-kata mengalah kayaknya resign dengan tidak ikhlas...begitu sih kesannya bagi saya, kurang tahu juga bagi orang lain.
Dan kalau ga ikhlas, ntar kerja di rumahnya jadi ga happy 🙂
 
Sedangkan saya pribadi ya memang keinginan sendiri kerja di rumah deket anak-anak karena berdasarkan pengalaman saya bekerja dengan meninggalkan anak di rumah terasa tidak tenang, apalagi tanpa pengawasan keluarga.
Pengennya juga tetep gajian supaya lebih bebas mengatur keuangan keluarga, merencanakan pendidikan anak-anak dan tentu saja lebih banyak membantu sesama. 
 
Memang tidak masalah sih kata mengalah atau istilah lainnya, toh sama-sama resign. Hanya tentang rasa saja. Dan bagi saya si rasa ini pengaruh banget ke diri dan juga orang-orang di sekitar kita.

Selamat Ulang Tahun Ke-73, Farmasi ITB

73 tahun Farmasi ITB ❤
Bangga menjadi Alumni ITB
❤

Jadi mengingat perjuangan awal kuliah tahun 1996 😊. Memberanikan diri merantau dan hidup mandiri, banyak sekali pelajaran dan pengalaman berharga. Bertahan, berjuang dan bisa lulus semata-mata karuniaNYA. Belajar berhemat di tempat kos, mengusahakan beasiswa bebas SPP untuk membantu meringankan beban orang tua, berjuang lulus tepat waktu sehingga tidak menambah biaya hidup untuk kos dan segera lanjut ke pendidikan proferi Apoteker

Menjelajah jakarta dan bekasi untuk kerja praktek apoteker...wow banget rasanya. Bertemu banyak dewa-dewi penolong selama masa itu, juga atas karuniaNYA. Ada teman seperjalana, menemukan tempat kos yang murah dan bahkan sempat menumpang di rumah seorang Ibu yang baik hati. Tak kalah baiknya, seorang berpakaian preman yang tahu saya kemalaman pulang ke Bandung berbaik hati menitipkan saya kepada sopir bis dan berpesan agar saya selamat sampai di Bandung. Ya kala itu masih polos, tidak terpikir kejahatan hidup seperti berita di media sekarang ini. Yaa hanya KUASA TUHAN yang menggerakan hati orang-orang untuk menolong saya. Terimakasih

Keterima kerja di Cikarang sebelum sumpah jabatan? Benar-benar atas kuasaNYA. Mungkin tahu saya harus bantu melunasi utang yang mungkin masih tersisa untuk biaya hidup dan kuliah saya 🙈. Bertemu senior dan teman kerja yang mengajari saya banyak hal, luar biasa 🙏 👍

Dimudahkah pula proses pindah dan keterima kerja di kota tempat saya membangun keluarga 🙏. Belajar banyak dari teman baru yang berbeda karakter itu juga pengalaman berharga yang menguatkan saya dari waktu ke waktu.

Baru 9 tahun pengabdian saya di dunia farmasi yang saya cintai, terutama di formulasi, hati luluh dengan wajah polos anak saya, dimana saya bertanggung jawab sebagai ibu untuk mendidiknya dengan sebaik yang saya bisa, semasih ada waktu dan kesempatan. Jadi saya berbisnis online di rumah sehingga bisa dekat dengan anak-anak. Ilmu farmasinya terpakai untuk keluarga saja 😊, bersyukur selama 14 tahun mengasuh anak-anak, atas karuniaNYA, kesehatan mereka selalu terjaga. Suksma 🙏

Semoga Farmasi ITB tetap jaya, maju pendidikannya, terdepan inovasinya dan menghasilkan putra-putri bangsa yang berkarakter dan mendukung kesehatan masyarakat Indonesia 🙏🙏🙏


Senyumku Tidak Secerah Hatiku

Saya mengenal sebuah keluarga broken home dimana si anak ini ditinggalkan dengan cara halus oleh keluarganya karena dianggap nakal, urakan, tidak nurut dengan orang tua dan orang tua sudah tidak sanggup menasehatinya.

Mengapa saya katakan ditinggalkan secara halus? Ya karena dia bukannya diusir atau dimaki-maki dimarahin melainkan ditinggalkan di rumah keluarga, sementara keluarga lain pindah ke rumah baru. Rumah baru yang lebih sederhana, bukan rumah baru yang lebih bagus seperti di sinetron-sinetron. Fasilitas material tetap diberikan tapi fasilitas bathiniah sudah tidak ada sama sekali sepertinya. Saya katakan sepertinya karena saya hanya orang luar saja, tidak tahu masalah, tidak tahu mana yang benar dan bukan kapasitas saya untuk menilai, hanya memetik pelajaran darinya.

Akibat kesendiriannya di masa remaja, siapa lagi yang dia cari kalau bukan teman-teman yang bisa menghiburnya dan menemaninya. Temannya bergantian menemani dia, semoga saja teman-teman yang baik dan bukan memanfaatkannya.

Suatu hari seorang teman berkata : "beruntung banget sih hidupmu A (sebut saja namanya A)! Semua dipenuhi, rumah disediakan, makanan catering, pembantu bersihkan rumah dan cuci-cuci juga ada, belum lagi mobil, motor, dan sepeda ini... ini kan mahaaal banget". A : beruntung kaaan, kalian mau ga tukeran sama aku? Teman-teman : ya maulaah, kurang apa lagi hidupmu! A pun tertawa (sumbang)

Sawang sinawang, begitu kalau orang Jawa bilang. "Hidup itu hanya memandang dipandang" atau versi selengkapnya "hidup itu hanya tentang memandang dan dipandang, jadi jangan hanya memandang dari apa yang terlihat." Terlihat bahagia dari luar, siapa yang tahu di dalam hatinya. Terlihat tertawa di luar, siapa yang bisa melihat hatinya. Terlihat kaya materi, namun bagaimana dengan kasih sayang yang dia butuhkan?

Jangankan jiwa-jiwa muda yang lebih dominan melihat fisik saja, kita yang sudah usia juga kadang masih berlaku demikian.

Kembali lagi dengan si anak A, saya tergelitik untuk introspeksi diri, belajar dari situasi tersebut karena saya memiliki anak menginjak remaja, harapannya dia bisa bahagia hidup bersama keluarga. Dari curhat yang saya dengar dikatakan bahwa sang ayah sibuk bekerja dan dia dimanjakan dengan materi. Namun entah karena kesalahan apa yang mungkin tak termaafkan, akhirnya dia menjadi sendiri. Semua menyalahkan si anak.

Saya sebagai pendengar ya hanya mendengar saja, tidak berani berpendapat tentang masalah mereka karena itu benar-benar urusan dalam negeri dimana saya tidak tahu masalah "awal"nya. Namun sesekali memberikan sedikiiit pandangan berbeda untuk sedikit meredam isu yang ada sekaligus pandangan baru karena selama ini semua melihat dari kacamata bahwa dia anak nakal, tidak melihat kenapa dia jadi nakal?

Jadi kadang saya hanya bertanya : apakah tidak termaafkan si anak sehingga bisa berkumpul kembali? Apa penyebab awal dia nakal, tidakkah nanti dia ada "sakit" hati yang tidak tersalurkan atau sesuatu yang dipendam. Atau kadang mengajak membayangkan, kalau kita jadi si anak ini, bagaimana perasaan kita? Jawabannya ada pada keluarganya, saya tidak bisa banyak membantu selain menyarankan ke ahlinya langsung yaitu konsultasi ke psikiater atau orang yang bisa dimintai pendapat sebagai ahli.

Menjadi orang tua tidak ada sekolahnya. Kita langsung praktek. Teori ada banyak di online dan buku-buku, namun penerapannya sangat tergantung pada situasi dan kondisi di lapangan, bukan hanya kondisi si anak, namun sangat tergantung dengan kondisi emosi orang tua dan orang-orang di sekitarnya.

Zaman juga jauh berbeda sehingga pengasuhan yang kita terima dari orang tua kita belum tentu bisa diterapkan terhadap anak-anak kita. Orang tua zaman now harus mau belajar lebih banyak, terbuka, berkomunikasi aktif dengan anak-anaknya sehingga memberikan tempat paling aman yang pertama dituju anak-anak untuk bercerita.

Semoga segera ada jalan keluar untuk tokok utama cerita saya dan kita berdoa semoga anak-anak kita bisa menjadi anak yang berbhakti pada orang tua, bangsa dan negara, berguna dalam masyarakat.