Keluarga Sadar Iklim 2020 (Rangkuman)



Sebelumnya saya sudah pernah share tentang kegiatan keluarga sadar iklim yang si adik ikuti di sekolahnya dan ternyata harus melibatkan seluruh keluarga. 

Dua bulan sudah kami mengikuti kegiatan keluarga sadar iklim yang diadakan dari sekolah si adik yaitu Oktober-November 2020. Awalnya beban karena harus foto-foto dan upload IG, maklum kami jarang berfoto ria.
 
Di RT dan RW kami sudah beberapa lama diterapkan program kerja bhakti kebersihan dan penghijauan. Sempat juga ada pembagian keranjang takakura dan per RT diberikan 2 komposter. Tapi belum semua menjalankan. Termasuk keluarga kami, kadang pakai takakura kadang dibuang ke bak sampah. Untuk pemilahan barang anorganik sudah dilakukan sih tapi tetep dibuang ke bak sampah kecuali yang laku dijual.
 
Dulu rasanya mudah punya rumah bersih. Pilah sampah organik dan anorganik, masukin ke tas plastik dan buang ke bak sampah. Rumah bersih dari sampah setiap hari. Tapi ternyata kita hanya memindahkan sampah dari rumah ke tempat lain dan menjadi menumpuk di suatu tempat yaitu TPA. Kondisi TPA kita tidak tahu. Jadi masih merasa aman membuang ke bak sampah. Sampai akhirnya diberikan foto kondisi TPA oleh Mama Putri. Seperti itu.... menggunung dan berserakan.
 
Dulu kami pikir akan ada yang mengolah sampah dapur dan sampah anorganik karena kami sudah memisahkannya. Bayangan kami sampah organik akan diolah dan sampah anorganik akan dijual oleh bapak tukang sampah. Tapi kalau melihat gambar truk pengangkut sampah sepertinya sampah masih dalam plastik-plastik dan berarti dibuang bersama plastik yang tidak terurai dalam tanah.
 
Dari situlah sadar untuk mengurangi penggunaan plastik dan berusaha memanfaatkan sampah organik.
 
Awal tahun ini di RW juga sudah diberlakukan peraturan melarang arisan membawa air dalam kemasan. Melainkan membawa tumbler/botol minum sendiri dan akan disediakan air dalam galon. Ada juga pembelian tas belanja dengan logo RW. Tapi karena tas kami sudah cukup banyak hadiah-hadiah dari seminar dan acara lain, jadi kami tidak ikut pesan.
 
Sejak mengikuti kegiatan keluarga sadar iklim ini, saya mulai baca-baca cari info. Bagaimana pemilahan dan pengolahan sampah. Dari 13 poin yang diberikan untuk dilakukan, coba dijalankan sehari-hari. Yang mudah, yang bisa, ya semampunya saja.
Beberapa perubahan yang kami rasakan adalah:
🌳 Pengurangan sampah kemasan produk dengan membeli kemasan besar. Dulu ga pernah kepikiran, asal beli aja yang ada dan tersedia, tidak membandingkan mana kemasan yang terbesar. Ternyata kemasan kecil menghasilkan lebih banyak sampah plastik dibandingkan kemasan besar. Kadang memang ada promo bahwa kemasan sachet lebih hemat karena sekali pakai, tidak mengambil/menggunakan berlebihan atau tumpah, tapi jika kita menyediakan wadah dan sendok takar, kita juga bisa hemat kok.
 
 
🌳 Setiap belanja membawa tas belanja. Dulu asal inget aja. Kecuali ke pasar selalu bawa tas kain, alasannya muat banyak dan kuat. Sekarang selalu sedia di motor. Kendalanya adalah kadang telat menyerahkan tas kain kita, si pedagang sudah cekatan sekali membungkusnya dengan plastik. Masa kita mau kembalikan yang sudah terpakai? Akhirnya diterima saja dan tas plastik disimpan untuk digunakan kembali.
 
 
 
 
 
🌳 Pemilahan sampah non organik sudah kami lakukan sebelumnya tapi biasanya saya yang pilah sendiri. Sekarang anak-anak juga diminta langsung buang ke tempat yang sudah disediakan untuk kertas, plastik atau botol.
Tidak ada label memang di setiap bak sampah. Saling tahu sama tahu aja. Sampah organik ya di dapur. Sampah kertas ya di dus, sampah plastik juga ada tempatnya sendiri.
 
 
 
 
 
🌳 Dulu pengomposan dengan takakura kadang dilakukan kadang tidak. Sekarang takakura dibuatkan tempat khusus. Malah sekarang sudah penuh dan menunggu kompos matang. Selain itu sudah bisa membuat pupuk organik cair dari air leri/cucian beras. Ternyata bahan yang kita buang dan kita anggap sampah masih bisa kita manfaatkan dan sekaligus bantu bumi untuk sedikit bernafas lebih lega akibat berkurangnya sampah dari 1 rumah tangga saja.
 
 
 
 
🌳 Mengumpulkan jelantah di rumah, tidak membuang ke saluran air yang menyebabkan pencemaran. Sudah ada nih yang nitip di rumah, kami tampung aja untuk nanti diserahkan/dijual kepada bank sampah. Sebenarnya ada yang ambil aja udah bersyukur banget sehingga tidak perlu membuang ke saluran air maupun ke tanah.
 
 
 
 
 
 
🌳 Memanfaatkan lahan kosong di rumah sudah dilakukan sebelumnya. Biasanya dipilih tanaman yang tahan tidak disiram karena kalau kami mudik tidak ada yang merawat tanaman di rumah.
 
 
 
 
 
 
 
🌳 Bersih-bersih di depan rumah sudah dilakukan warga RT. Kebiasaan setiap pagi adalah menyapu di depan rumah masing-masing. Kerja bhakti diadakan 1-2 bulan sekali, namun karena pandemi kegiatan ini ditiadakan dan diharapkan masing-masing warga sadar kebersihan.
 
 
 
 
 
 
 
🌳 Yang baru adalah mengenal pembuatan lubang biopori. Setelah membaca dan mencari info, kami membuat 3 lubang biopori di depan rumah. Untuk kegitan pembuatan lubang biopori ini yang kerja adalah Bapak. Kami bertiga tim hore aja. Alat untuk membuat lubang pinjam di sekolah SDN Menanggal 601 Surabaya. Untuk lubang biopori kami beli di SmartEnviro. Sebenarnya bisa bikin sendiri sih. Tapi daripada repot beli pipa dan membuat lubangnya sendiri, kami memutuskan untuk membeli saja, tinggal pasang.
 
 
🌳 Aksi hemat energi sudah biasa juga kami lakukan di rumah. Kebiasaan sederhana saja, bisa dilakukan oleh semua anggota keluarga. Misalnya membuka jendela dam gorden setiap pagi, mematikan lampu listrik, kipas angin dan alat elektronik yang tidak digunakan, menghemat air, berjalan kaki ke sekolah, menggunakan sepeda jika bepergian dalam jarak dekat dan lain-lain. Yang agak susah adalah mengubah kebiasaan mengganti penggunaan tissue dengan lap/handuk. Menggunakan tissue rasanya lebih mudah dan praktis. Tapi untunglah di kelas 4 ini si adik belajar tentang berhemat energi dan dituliskan bahwa untuk membuat satu gulung tissue melewati proses penbangan pohon dan proses lain yang menggunakan energi juga. Tissue digunakan untuk yang penting saja seperti lap kacamata atau yang sensitif dan tidak mungkin menggunakan lap.
 
🌳  Sampah anorganik seperti tempat kue kering, kaleng bekas sarden atau permen dan botol yakult dimanfaatkan untuk tempat bahan masakan seperti tepung dan bumbu-bumbu, tempat alat tulis, botol yakult untuk meja kecil dan kemasan minyak goreng digunakan sebagai pot untuk tanaman. Jika sudah tumbuh baik baru kemudian dipindahkan ke pot yang lebih baik. Jadi bisa mengurangi membuah sampah anorganik ke tempat sampah.
 
 
 
 
Penggunaan tepak makan dan tumbler sudah lama kami lakukan karena saya biasakan anak-anak membawa bekal sendiri sejak sekolah. Kebetulan di sekolah anak-anak juga berlaku echo school, jadi kami tinggal mengubah kebiasaan dari menggunakan plastik sebagai wadah bekal mereka menjadi tas kain/spunbond serta mengganti tissue dengan lap.
Saya juga sudah goodbye dengan pembalut sekali pakai dan mengganti dengan pembalut kain, sama seperti zaman ibu saya dahulu :) Lumayan mengurangi sumbangan sampah plastik ke bumi. Agak repot mencuci, tapi aman untuk kulit kita dan aman untuk bumi.

Yang belum bisa kami lakukan saat ini adalah mengajak atau memprakarsai untuk melakukan hal yang sama. Baru dilakukan keluarga sendiri saja. Paling saya aja yang share di status wa atau facebook tentang yang kami lakukan dan menawarkan jika ada yang punya minyak jelantah bisa kami tampung.
 
Semoga ke depannya kami bisa melaksanakan kegiatan ini konsisten setiap hari dan bisa mengajak teman dan keluarga untuk melakukan hal yang sama untuk mencintai Bumi tempat kita tinggal. ❤️  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar